Belakangan ini nampaknya masyarakat kita jadi lebih sering terkejut dari biasanya. Work From Home (WFH) dan physical distancing telah memberikan semacam keluangan waktu yang selama ini tak dimiliki oleh pekerja dan pelajar. Keluangan waktu ini membuat kita jadi lebih update soal informasi terbaru dan rupanya makin sering kita melihat gadget sama dengan makin sering terkaget-kaget.
Masih membekas dalam ingatan, di hari pertama bulan Ramadhan, publik dikejutkan oleh ulah seorang youtuber yang mengiming-imingi uang Rp10 juta bagi orang yang bersedia membatalkan puasanya. Ia menawarkan uang itu kepada petani, penyapu jalan, anak-anak, dan penjaga kolam renang.
Kita patut bersyukur, tidak ada satu pun orang dalam video itu yang tergoda untuk membatalkan puasanya, meski kita tahu pekerjaan semacam penyapu jalan atau penjaga kolam renang tentu gajinya tak sampai Rp10 juta. Terlepas dari semua itu, persoalannya ialah: youtuber itu melakukan sesuatu yang tidak biasa.
Adakah amalan yang biasa di bulan Ramadan? Setahu saya, orangtua dan para guru kita di masa sekolah dulu biasa mendidik kita bahwa berpuasa itu dimaksudkan agar kita ini juga dapat merasakan penderitaan orang-orang miskin yang seringkali merasakan kelaparan.
Maka itu, empati yang muncul di bulan Ramadan ini hendaknya mendorong kita melaksanakan amalan biasa: mengirimkan takjil/makanan untuk berbuka atau bersedekah kepada orang-orang miskin. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu (HR. Abu Dawud dan Timidzi).