Mengubah perspektif ternyata teramat berat. Apalagi bagi mereka yang pernah berada di ketinggian, lalu diminta merunduk dan menunduk, Apalagi bagi mereka yang terbiasa duduk dalam kemewahan dan kesenangan, lalu terpaksa bersila sama rata dengan mereka yang sederhana dan kesusahan.
Menikah, bagi Zainab, tak memberikannya ketenangan. Begitupun pada Zaid. Bagaimana mungkin ia merasa sakinah, tenang, tenteram, jika setiap kali masuk ke dalam pintu rumahnya sendiri hanya untuk mendengar keluh kesah dan keangkuhan istrinya yang belum juga rela menikah dengan dirinya?
Telah genap satu tahun pernikahan mereka ketika akhirnya Zaid datang ke hadapan Rasulullah dan menyatakan ketidaksanggupannya untuk meneruskan mahligai pernikahannya. “Aku ingin bercerai darinya,” kata Zaid.
Rasulullah mengabaikan kehendak itu. Amsik ‘alayka wazawjaka wattaqillah, pesannya kepada Zaid. Tahanlah dirimu dan janganlah menceraikan istrimu. Tetapi, teruslah bertakwa kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW tengah berupaya mempertahankan perahu yang retak, juga strategi yang semula diusungnya untuk membenahi masyarakat.
Allah SWT kemudian menegur langsung Nabi Muhammad SAW, seolah ingin menyampaikan bahwa strategi sosial dan kehendak politik manusia tak boleh mengalahkan kehendak dan garis yang ditulis Allah. Watukhfiy fiy nafsika mallaahu mubdiihi watakhsyannaas. Jangan sembunyikan apa yang Allah akan menyatakannya. Jangan kaburkan sesuatu yang kau tahu bahwa Allah telah jelas gariskan. Jangan takut, khawatir, dan merasa rendah diri jika nanti stategi dan pilihan-pilihan manusiawimu sendiri diolok-olok oleh orang lain di kemudian hari. Zaid pun akhirnya bercerai dari Zainab.
Pada titik ini, Nabi Muhammad SAW juga memberi jalan pelajaran baru dalam pernikahan. Pasangan itu diciptakan, kata Allah, litaskunuu ilayhaa.Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Supaya mengalir dalam dirimu rasa tenang. Supaya tumbuh dalam dirimu dan pasanganmu rasa cinta kasih dan kasih sayang yang saling berbalas. Bukan ketidakrelaan satu sama lain, bukan keterpaksaan satu dengan yang lain, bukan rasa jengah saat yang satu melihat yang lain.