“Baru-baru ini seorang penjaga pintu bertanya ‘Apakah Anda seorang klien?’ Tidak, bukan saya. ‘Anda harus menjadi penerjemah?’ Tidak bukan saya. ‘Apakah Anda di sini mencari pengalaman kerja?’ Tidak, saya sebenarnya pengacara,” cetus Raffia.
Raffia mengaku tidak menentang orang yang mengatakan hal tersebut, tetapi tindakan tersebut mencerminkan bahwa sebagai orang yang bekerja di pengadilan, masih ada pandangan buruk bahwa para profesional tidak terlihat seperti dirinya.
“Saya pikir salah satu hal yang menghambat wanita adalah Imposter Syndrome. Ada banyak waktu saya berada di ruang sidang dan tiba-tiba saya berpikir ‘Apakah saya cukup baik,” sambungnya.
Dengan banyaknya diskriminasi di beberapa bagian masyarakat, Raffia percaya bahwa muslim muda bisa terinspirasi untuk mengikuti impian mereka jika mereka melihat lebih banyak orang yang terlihat seperti mereka dalam setiap profesi.
“Kantor kehakiman melakukan yang terbaik untuk mempromosikan keanekaragaman dan pada saat mereka menunjuk saya, mereka tidak tahu saya akan menjadi hakim yang mengenakan hijab pertama. Saya telah ditunjuk berdasarkan prestasi, bukan karena saya mengenakan hijab,” tuntasnya.
(Rizka Diputra)