Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Imam Hambali Dipenjara dan Disiksa karena Berpendirian Teguh

Kisah Imam Hambali Dipenjara dan Disiksa karena Berpendirian Teguh
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
A
A
A

IMAM Hambali memiliki nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal. Namun, ia lebih dikenal yang dengan nama Imam Hambali. Beliau lahir di Kota Baghdad, Irak, pada Rabiul Awal 164 Hijriah/780 Masehi.

Mengutip dari Sindonews, Jumat (29/5/2020), Imam Hambali berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya pimpinan militer di Khurasan yang gugur dalam pertempuran melawan Bizantium.

Saat itu Imam Hambali masih anak-anak. Kakeknya, Hanbal bin Hilal adalah gubernur di Persia pada masa Dinasti Umayyah.

Saat anak-anak di Persia, ibunya yang mengajarkan tentang Alquran dan hadis. Begitu pindah ke Baghdad, Imam Hambali mendapat pendidikan formal yang pertama.

Saat itu Kota Baghdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam yang penuh dengan beragam kebudayaan serta penuh dengan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Di sana, tinggal para qari, ahli hadis, para sufi, ahli bahasa, filsuf, dan sebagainya.

Umur 19 tahun, Imam Hambali meninggalkan kotanya untuk mencari guru ke Kufah, Basrah, Makkah, Madinah, Yaman, dan Syam. Berguru kepada ahli hadis dan meneliti kesahihan sanadnya. Masa ini masih diperintah Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Guru-guru yang didatangi seperti Imam Syafii yang diikutinya hingga tinggal di Baghdad. Keduanya juga bertemu di Makkah saat musim haji. Lalu Syeikh Abu Yusuf, murid Abu Hanifah. Syeikh Abdur Razzaq, penyusun kitab hadis.

Suatu ketika, seseorang menegurnya, "Anda telah sampai ke tingkat mujtahid dan pantas menjadi imam. Mengapa masih menuntut ilmu? Apakah Anda akan membawa tinta ke kuburan?"

Imam Hambali menjawab, "Saya akan menuntut ilmu sampai saya masuk ke liang kubur."

Di samping itu, ia juga menaruh perhatian besar kepada hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Dikarenakan perhatiannya yang besar, banyak ulama seperti Ibnu Nadim, Ibnu Abd al Bar, at-Tabari, dan Ibnu Qutaibah menggolongkan Imam Hambali dalam golongan ahli hadis dan bukan golongan mujtahid.

Imam Syafii juga memuji kecerdasan Imam Hambali yang menguasai ilmu fikih, hadis, dan zuhud. Gurunya itu mengusulkan ke Khalifah Harun Ar-Rasyid agar mengangkat Imam Hambali menjadi qadi di Yaman. Tapi, Imam Hambali menolak dengan alasan ingin berguru kepada Imam Syafii.

Setelah itu pada 195 Hijriah, Imam Syafii mengusulkan hal yang sama kepada Khalifah al Amin, tetapi lagi-lagi Imam Hambali menolaknya.

Imam Hambali dikenal tekun beribadah dan dermawan. Imam Ibrahim bin Hani, salah seorang ulama terkenal yang menjadi sahabatnya, adalah saksi kezuhudan sang pemelihara hadis ini.

"Hampir setiap hari ia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Ia lebih banyak sholat malam dan witir hingga subuh tiba," katanya.

Ilustrasi tanah Arab. (Foto: Freepik)

Mengenai kedermawanannya, Imam Yahya bin Hilal, salah seorang ulama ahli fikih, berkata, "Aku pernah datang kepada Imam Hambali. Lalu aku diberinya uang sebanyak 4 dirham sambil berkata, ''Ini adalah rezeki yang kuperoleh hari ini dan semuanya kuberikan kepadamu'."

Suatu hari, Imam Syafii masuk menemuinya dan berkata, "Engkau lebih tahu tentang hadis dan perawi-perawinya. Jika ada hadis sahih (yang engkau tahu), beri tahulah aku. Insya Allah, jika (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku akan pergi mendatanginya jika memang sahih."

Imam Syafii juga berkata, "Aku keluar (meninggalkan) Baghdad, sementara itu tidak aku tinggalkan di kota tersebut orang yang lebih wara, lebih fakih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hambal."

Abdul Wahhab al Warraq berkata, "Aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad bin Hambal."

Orang-orang bertanya kepadanya, "Dalam hal apakah dari ilmu dan keutamaannya yang engkau pandang dia melebihi yang lain?"

Al-Warraq menjawab, "Dia seorang yang jika ditanya tentang 60 ribu masalah, dia akan menjawabnya dengan berkata, 'Telah dikabarkan kepada kami,' atau, 'Telah disampaikan hadis kepada kami'."

Sementara itu, Ahmad bin Syaiban berkata, "Aku tidak pernah melihat Yazid bin Harun memberi penghormatan kepada seseorang yang lebih besar daripada kepada Ahmad bin Hambal. Dia mendudukkan Imam Hambali di sisinya jika menyampaikan hadis kepada kami. Dia sangat menghormati Beliau, tidak mau berkelakar dengannya."

Padahal, seperti diketahui bahwa Yazid bin Harun adalah salah seorang guru Beliau.

Ketika Imam Syafii wafat, Imam Hambali baru membuka halakah pengajian mengajarkan Alquran dan hadis kepada murid-muridnya. Di antara muridnya itu ada Al Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement