Apa yang kita pahami tentang coronavirus barangkali baru seujung kuku pengetahuan coronavirus yang sebenarnya.
Kita merasa telah berhasil sebagai manusia β makhluk paling super di muka bumi β ketika satu per satu epidemi kita tuntaskan dengan cepat. Kaum cerdik cendikia dan politisi dapat berbangga dengan itu semua; sedangkan kaum jelata cukup membanggakan mereka yang dengan kepandaian dan kecepatan gerak kebijakannya berhasil membuat napas proletar dapat bertahan lebih lama.
Ketika novel coronavirus β virus jenis corona yang baru dan kemudian diberi nama Sars-Cov2 ini β menyebar di muka bumi, kita ternyata masih tergagap-gagap. Badan Kesehatan Dunia, WHO sempat maju mundur sebelum akhirnya menyatakan pandemi, dan kini bertarung urat saraf dengan Presiden AS Donald Trump untuk membuktikan bahwa maju mundurnya mereka kala itu memang bukan sebuah kesengajaan politik, bukan konspirasi global, bukan perbuatan makar untuk menggoyang-goyang kekuasaan dunia yang selama lebih dari satu abad berpusat di utara benua Amerika.
Kita menggugu Trump β meski dengan skala dan kecermatan yang berbeda. Kita mengolah-olah informasi, menunjuk hidung konspirasi sebagai akar masalah Corona. Mula-mula China kita tuding tengah diazab Allah karena menyengsarakan komunitas Muslim Ughyur.
(Baca Juga: Tanda-Tanda Jodoh Menurut Alquran, Cek Benarkah Dia Jodohmu?)
Saat China benar-benar menderita, kita terbawa arus desas desus dengan menyebut ini ulah konspirasi Amerika. Ketika Amerika berganti menderita, kita mencari-cari ulang dalang di belakang ini semua: China, Amerika, nasionalis, globalis, bussinessman, atau siapalah yang kita tuding secara semrawut dengan data ala kadarnya.
Teori konspirasi itu sesungguhnya hanya menenggelamkan keimanan kita seolah kita lupa bahwa wamakaruu wamakarallah; setiap sendi kehidupan di dunia ini memang tengah melakukan konspirasi, strategi, program-program intervensi mereka masing-masing.
Keniscayaan itu sama niscayanya dengan kenyataan bahwa Allah juga tengah melangsungkan Mahadya KonspirasiNya. Bahwa ada indikasi konspirasi, beberapa kelompok terduga menyembunyikan informasi pengembangan virus, dan kelompok lain bermain-main dengan mengembangan vaksin antivirusnya, semua itu adalah kenyataan yang mesti kita terima sebagai dinamika global.
Kaum jelata semacam kita hanya perlu mengimani dengan penuh: wallahu khairul maakiriiin. Yang memiliki Mahahendaya di muka bumi ini hanyalah Allah. Sehingga kita percaya bahwa seberapapun mendekati kebenarannya teori konspirasi itu, ia tidak akan mencapai kesempurnaan konspirasi.
(Baca Juga : Tangis Pilu Muazin Pecah saat Kumandangkan Azan di Tengah Wabah COVID-19)
Ada banyak variabel yang tidak dapat dikendalikan penuh manusia meski dengan teknik analisis paling canggih sekalipun. Ada ruang kosong pemodelan yang tak dapat disentuh oleh tangan dan pikiran manusia; dan hanya Allah yang dapat memasukinya. Dengan begitu, kita tak perlu pusing dengan segenap teori konspirasi yang mengular di media sosial, televisi, dan perdebatan-perdebatan.
Corona itu ada. Kita meyakininya. Tetapi, kita tak perlu mengimani corona secara membabi buta, menelan segala informasi tentangnya dari detik ke detik, lalu mencemaskannya secara berlebihan tanpa ada strategi apapun yang kita upayakan dengan maksimal untuk diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, bahkan negara dan dunia kita.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News