Kerinduan bertemu Allah SWT adalah angin semilir yang menerpa kalbu. Membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya dunia. Siapa pun yang menempatkan kalbunya di sisi Rabb-nya, dia akan merasa tenang dan tenteram. Siapa pun yang melepaskan kalbunya di antara manusia, dia akan semakin gundah gulana.
Ingatlah, kecintaan terhadap Allah SWT tidaklah akan masuk ke dalam kalbu yang mencintai dunia, melainkan seperti masuknya unta ke lubang jarum dan ini sesuatu yang sangat mustahil.
Jika Allah SWT cinta kepada seorang hamba, Allah SWT akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya. Allah SWT juga akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah SWT.
Baca Juga: Kisah Salim Batal Membunuh karena Calon Korban Tunaikan Sholat Subuh
Lisannya senantiasa basah dengan berzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.
Kalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani dan kesembuhannya adalah dengan bertaubat.
Kalbu pun bisa berkarat sebagaimana cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berzikir.
Kalbu bisa pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah takwa.
Kalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan dan minumannya adalah mengenal Allah SWT, cinta, tawakal, bertaubat, dan berkhidmat untuk-Nya.
(Rani Hardjanti)