Jadi, tidur Nabi memang agak berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dan itu adalah keistimewaan beliau selaku utusan Allah SWT yang mengemban risalah-Nya. Dari sisi mata yang terpejam, tidur beliau memang sama dengan kita, yakni sama-sama terpejam.
Akan tetapi, dari sisi hati, beliau berbeda dengan kita. Karena jika kita tidur, maka tidurlah jiwa dan raga kita, temasuk hati. Kita benar-benar pulas dalam tidur dan tidak sadar dengan apa yang terjadi pada diri kita. Sedangkan Nabi, hati beliau dalam keadaan selalu terjaga dan tidak turut terlena dalam tidur.
Baca Juga: Di Balik Kisah Nabi Adam, Ada 2 Permintaan Iblis Menjadi Ujian Manusia
Mungkin, hal ini sama kasusnya dengan kebiasaan beliau yang sering puasa wishal, di mana beliau diberi makan dan minum oleh Allah SWT dalam tidurnya. Dan pada keesokan harinya, beliau sanggup menyambung puasanya dari hari sebelumnya tanpa berbuka sedikitpun.
Selanjutnya, sekiranya hal ini termasuk dalam kebiasaan Rasulullah SAW, maka ini adalah suatu kekhususan yang hanya dimiliki oleh beliau hanya seorang dan tidak dimiliki orang lain
Sehingga kita pun tidak dapat mencontoh beliau dalam hal ini, selain hanya berusaha semampu mungkin agar kita dapat mengatur volume tidur secara teratur.
(Rani Hardjanti)