Dengan keuletan sang arsitek beserta Sultan Mahmod, akhirnya Masjid Raya Al-Osmani terbangun dan memiliki unsur arsitektur dengan beragam seni, mulai dari seni India, Timur Tengah, Eropa, China dan diselimuti oleh Melayu.
Untuk seni Eropa terlihat dari bangunan minimalis masjid. India dapat dilihat di ruang utama masjid, bagian atas masjid atau kubah mirip dengan Taj Mahal. Untuk Timur Tengah bisa dilihat dari tiang-tiang yang mirip dengan masjid di Timur Tengah.
Untuk seni China bisa dilihat dari pintu-pintu masjid dengan motif-motif China. Untuk Melayu Deli bisa dilihat dari dua warna pada Masjid Raya Al-Osmani, kuning yang dipadukan dengan hijau.
Warna kuning melambangkan suku Melayu Deli dan Hijau melambangkan keislamannya. Artinya, Melayu sangat menjunjung tinggi adat budaya istiadat serta agama sebagai fondasi menegakkan agama Islam.
Masjid Raya Al-Osmani sudah lebih kurang tujuh kali direnovasi, mulai dari pertama kali didirikan pada tahun 1854, dengan bahan kayu pilihan. Di tahun 1870 sampai 1872, dibangun menjadi bangunan permanen.
Kemudian dilakukan rehab oleh Deli Maatschappij, NV perusahaan Belanda, pada tahun 1927. Di tahun 1963 sampai 1964 dilakukan rehab oleh T Burhanuddin, Dirut Tembakau Deli II.
Tahun 1977 dilakukan rehab dari dana bantuan Presiden di masa Wali Kota Madya KDH tingkat II Medan, yaitu HM Saleh Arifin. Pada 1991 sampai 1992 dilakukan pemugaran atas prakarsa Wali Kota Madya KDH tingkat II Medan, H Bachtiar Djafar.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran