JAKARTA - Istilah ulama sudah tidak asing di telinga kaum Muslimin, terutama di Indonesia. Namun bagaimana sebenarnya defini ulama yang benar.
Definisi umum tentang ulama tersemat dalam ayat ke-28 Surat Fathir. Ketika ayat tersebut ditanzilkan Allah Ta'ala belum ada pengertian yang baku tentang sosok ulama sebagaimana yang dipahami dengan konsep kebudayaan saat ini.
Catatan yang paling utama terkait definisi ulama dalam ayat tersebut adalah keterkaitan antara ilmu pengetahuan dengan ketakwaan atau rasa takut kepada Allah.
Baca Juga: Ketua PP Muhammadiyah Minta Jangan Dikotomis Antara Ilmu Agama dan Umum
Karena tidak ada batasan spesifik, berbagai organisasi dan kelompok Islam memiliki definisi masing-masing tentang kriteria ulama, termasuk Muhammadiyah.
Ketua Divisi Kaderisasi Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ghofar Ismail menjelaskan, bagi Muhammadiyah memahami ulama harus berkaitan dengan aspek fungsional sebagaimana berangkat dari surat ayat ke-122 Surat At Taubah.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Hamka Muda dan Muhammadiyah di Swiss van Java
Ayat itu berisi tentang anjuran Allah agar setiap golongan di tubuh umat Islam pergi memperdalam ilmu pengetahuan dan kembali mendidik masyarakat setelah menguasainya.
“Maka Kiai Dahlan dalam pernyataannya menyatakan, ‘pergilah kamu jadi apa saja, jadi insinyur, jadi apapun, lalu kembalilah pada Muhammadiyah,’ itu adalah spirit At Taubah ini,” ungkapnya.
Dalam dialog Al Fahmu Insitute, dikutip dari laman Muhammadiyah pada Sabtu (27/2/2021) Ghofar Ismail menjelaskan bahwa Muhammadiyah memandang seorang ulama harus memiliki tiga misi utama.