JAKARTA - Menjelang Puasa Ramadhan, PP Muhammadiyah memutusukan awal waktu subuh diperpanjang hingga 8 menit. Penentuan waktu terbitnya fajar merupakan persoalan yang sangat penting.
Hal tersebut lantaran berkaitan dengan empat jenis ibadah yang meliputi: penentuan awal salat subuh, akhir salat witir, awal ibadah puasa, dan akhir wukuf di Arafah.
Oleh sebab itu, ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar mengungkapkan bahwa penentuan awal subuh harus akurat berdasarkan penelaahan teks al-Quran dan Hadis, maupun realitas objektif di alam raya. Pada Musyawarah Nasional Tarjih ke-13 tahun 2020, Ulama-ulama Muhammadiyah berkumpul membahas titik ketinggian matahari di bawah ufuk pada saat fajar.
Baca Juga:ย Sumpah Demi Rasulullah, Kalimat Syirik Tidak Diperkenan untuk Diucapkan
โMengapa Majelis Tarjih mengangkat persoalan ini karena banyaknya pertanyaan, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai belahan dunia. Misalnya di Maroko sejumlah pemuda dengan sengaja menyantap makanan di bulan Ramadan pada saat azan subuh berkumandang sebagai sikap protes bahwa jadwal resmi masih terlalu pagi,โ tutur Syamsul dalam Pengajian PP Muhammadiyah pada Jumat (12/3/2021).
Baca Juga:ย Berbagai Aliran dalam Islam, Ini Bentuk yang Masih Eksis hingga saat Ini
Dikutip dari laman Muhammadiyah disebutkan, di Indonesia sendiri, masalah awal waktu subuh baru bergulir saat kedatangan seorang pendakwah asal Timur Tengah. Dai tersebut heran dengan kondisi subuh yang masih gelap namun azan telah berkumandang. Akhirnya masalah ini melahirkan perdebatan di kalangan para ahli dan keresahan di hati masyarakat.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News