Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Nabi Muhammad SAW dan Sahabat di Penghujung Ramadhan

Fariza Rizky Ananda , Jurnalis-Selasa, 11 Mei 2021 |09:30 WIB
Kisah Nabi Muhammad SAW dan Sahabat di Penghujung Ramadhan
Puasa Bulan Ramadhan. (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA – Ketika di penghujung Bulan Ramadhan, kaum Musllimin dianjurkan untuk memperbanyak amalan Bulan Ramadhan  terutama di 10 hari terakhir. Banyak orang yang bersedih ketika bulan ini akan berakhir, di mana mereka bisa memperbanyak amalan kebaikan yang berlipat ganda.

Para sahabat Nabi Muhammad SAW ketika di penghujung Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, membicarakan tentang bagaimana amal mereka bisa diterima atau tidak dan hal tersebut menjadi kegundahan terbesar mereka. Ustadz Budi Ashari menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan generasi Salafus Shalih berpikir demikian.

“Abdul Aziz bin Abi Rawad seorang ahli ilmu, mengatakan saya menjumpai generasi terbaik dahulu, mereka bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan, tapi ketika sudah melakukan kebaikan, mereka digelayuti oleh kegundahan apakah amalnya diterima atau tidak diterima,” ujar Ustadz Budi Ashari dalam video dakwahnya, Selasa (11/5/2021).

Baca Juga: Tata Cara Sholat Idul Fitri Lengkap dengan Sunah-Sunah Lainya

Ustadz Budi mengutip salah satu hadis, di mana Rasulullah dan para sahabat gundah dan gelisah terhadap amal yang telah dilakukan selama Ramadan apakah bisa diterima atau ditolak oleh Allah SWT.

“Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud ketika sudah malam Idul Fitri, apa yang ada di benak dan diucapkan, mereka berdua mengatakan Rasulullah SAW berteriak di dalam masjid, kata beliau: Siapakah yang akan diterima ibadahnya di antara kita, kita ucapkan selamat pada dia, dan siapa yang ibadahnya ditolak kita ucapkan belasungkawa kepada dia,” terangnya.

Selain itu, dia mengatakan sebuah hadis di mana Rasulullah SAW mengatakan, orang yang ketakutan amalnya tidak diterima merupakan golongan orang yang berlomba dan tulus dalam melakukan kebaikan.

Baca Juga: Dokter di Amerika Serikat Sebut Puasa Metode Canggih Atasi Diabetes

Dalam riwayat At-Tirmidzi, Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah SAW tentang tafsir ayat dalam Surah Al-Mukminun “Dan orang-orang yang memberikan sesuatu yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (Qs. Al-Mu’minun:60).

Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang yang memberikan sesuatu yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut; apakah mereka itu orang yang mencuri, berzina, minum khamr, kemudian mereka takut kepada Allah?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, wahai putri Abu Bakar. Mereka adalah orang yang sholat, berpuasa, bersedekah, namun mereka takut amal mereka tidak diterima.” (Hr. Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Ustadz Budi Ashari menambahkan, bagaimana hal yang dilakukan Nabi dan para sahabat berbeda dengan generasi saat ini yang kerap kali menganggap tidak penting hari-hari terakhir bulan Ramadhan, melainkan terus mengurusi urusan duniawi.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement