“Itu kalimat para sahabat menjelang Idul Fitri, bandingkan generasi tersebut dengan kita saat ini, bahkan Ramadan belum berakhir sudah seperti berakhir, pembicaraan kita sudah berubah. Kita sudah sibuk dengan dunia, padahal puncak Ramadan ada di hari-hari ini (10 hari terakhir). Ukurlah iman kita masing-masing, kitalah yang tahu siapa diri kita, tidak usah menghakimi orang lain,” terangnya.
Dia menekankan, setelah beramal orang yang tidak peduli ibadahnya diterima atau tidak, hal tersebut menunjukan bahwa orang yang seperti itu tidak peduli dengan kualitas amal di bulan Ramadhan.
“Sahabat dan salafus shalih dengan jelas memasrahkan kepada Allah SWT dan seorang pun tidak ada yang tahu amalnya diterima atau tidak, tapi kegelisahan dan kegundahan tersebut menunjukan kepedulian tentang kualitas amal dan iman kita,” tandasnya. (vitri)
(Rani Hardjanti)