Menurut Ahkam, jadikanlah hijrah kita sebagai kebutuhan, jangan jadikan itu sebagai kewajiban. Karena jika hijrah adalah kewajiban, itu akan memberatkan kita ketika menjalaninya.
"Umpamakanlah hijrahmu itu seperti jatah makanmu setiap hari. Kalau kamu enggak makan, kamu akan lapar. Apa pun yang terjadi, mau kamu sedih ataupun senang, kamu pasti akan tetap makan setiap hari. Begitu juga dengan hijrah. Sedang bahagia atau putus cinta, kamu harus tetap istiqomah," jelasnya.
Karena sesungguhnya yang menyembuhkan hati kita adalah bagaimana kita menyelesaikan masalah tersebut. Bukan dengan cara putus asa dan memutuskan hubungan dengan Tuhan.
Setelah kita sudah memiliki pemikiran tentang "hijrah adalah sebuah kebutuhan", hijrah yang kita lakukan perlahan-lahan mengubah keburukkan kita sedikit demi sedikit, itu tidak akan lagi terasa berat, bahkan ketika kita sedang terguncang sekalipun. Karena itu adalah sebuah kebutuhan.