SAAT ini merupakan momen diperingatinya Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli. Anak merupakan karunia dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Anak adalah titipan Allah Ta'ala yang kelak akan hidup mandiri dan lepas dari orangtuanya. Karena itu, anak harus dibekali dengan keimanan yang kuat serta aturan yang tegas dalam menjalani kehidupan.
Kitab suci Alquran dan sunah harus dijadikan rujukan oleh kaum Muslimin dalam menerapkan pendidikan kepada anak-anaknya. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alalmiin mempunyai metode dan cara yang spesifik dalam mendidik anak. Caranya tentu disesuaikan dengan tingkatan usia dan kematangan berpikir anak tersebut.
Baca juga: Hari Anak Nasional, Ini 7 Inspirasi Nama Bayi Laki-Laki Islami Bermakna Penuh KebaikanÂ
1. Pendidikan kasih sayang dan nasihat
Dikutip dari laman Kementerian Agama, Jumat (23/7/2021), pendidikan yang pertama diberikan kepada anak adalah kasih sayang dan nasihat. Kasih sayang mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan serta pertumbuhan anak, antara lain dapat meningkatkan kerja otak, menimbulkan semangat, adanya kedekatan psikis antara orangtua dan anak, serta membuat anak lebih terbuka dan percaya diri.
Kemudian pendidikan kasih sayang dan nasihat sebagaimana terdapat dalam Alquran Surat Luqman Ayat 11, 17, dan 18. Pada ayat 11 dijelaskan bagaimana Luqman berlaku lemah lembut dalam menasihati anaknya dengan menggunakan kata, "Wahai anakku…"
Begitupun pada ayat 17 dan 18, Luqman mendidik anaknya dengan penuh bijaksana, tanpa kekerasan, dan tidak terkesan menakutkan. Pendidikan dengan kasih sayang serta nasihat ini sesuai hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
"Dari Umar bin Abu Salamah radhiyallahu anhu berkata: 'Ketika masih kecil, aku pernah berada di bawah pengawasan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, dan tanganku bergerak mengulur ke arah makanan yang ada dalam piring. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam berkata kepadaku, 'Wahai anak, sebutkanlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu'."
Baca juga: Viral Ikhwan Fasih Tirukan Suara Mengaji 7 Imam Besar Dunia, Netizen: Nangis DengarnyaÂ
2. Pendidikan bersikap apatis
Pendidikan berikutnya dapat dilakukan dengan bersikap apatis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apatis adalah bersikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh. Pendidikan seperti ini lebih dikhususkan kepada anak yang berada pada fase awal usia sekolah dasar.
Karena pada usia ini, anak belajar untuk menemukan identitas dirinya. Orang dan benda di sekelilingnya tentu ikut membangun karakter pada dirinya. Semangat untuk mencontoh dan meniru gerak-gerik, gaya bahasa maupun bahasa tubuh orang lain terkadang menjadi hal yang sering dilakukan untuk menemukan dan mengenal siapa dirinya.
Dalam proses identifikasi inilah, seorang anak perlu mendapatkan bimbingan tentang apa yang diperbuat dan apa yang dia katakan. Jika dalam perkembangannya, anak terlihat menyimpang maka sebagai pendidik dan orangtua sewajarnya untuk menegur. Jika teguran yang diberikan tidak diindahkan dan anak mengulangi kembali perbuatannya maka sewajarnya diberlakukan sikap apatis pada anak tersebut.
Dalam sebuah riwayat dikatakan: Kerabat Ibnu Mughaffal yang belum baligh bermain lempar batu. Kemudian ia melarang dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam telah melarang bermain lempar batu dan Beliau bersabda, 'Sesungguhnya lempar batu tidak akan dapat memburu buruan....' Kemudian anak itu kembali bermain. Maka ia berkata, 'Aku memberitahumu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam telah melarangnya, namun engkau terus bermain lempar batu? Maka aku tidak akan mengajakmu berbicara selamanya'."
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran