7. وَّهُمۡ عَلٰى مَا يَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ شُهُوۡدٌ
Wa hum 'alaa maa yaf'aluuna bilmu 'miniina shuhuud
sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin.
8. وَمَا نَقَمُوۡا مِنۡهُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ يُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰهِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَمِيۡدِۙ
Wa maa naqamuu minhum illaaa aiyu'minuu billaahil 'aziizil Hamiid
Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji,
9. الَّذِىۡ لَهٗ مُلۡكُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ وَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيۡدٌ
Allazii lahuu mulkus samaawaati wal ard; wallaahu 'alaa kulli shai 'in Shahiid
yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu
Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan Surat Al Buruj atau jika diartikan "Gugusan Bintang" menceritakan sebuah kisah.Kisah pada 1-9 ini dikenal dengan kisah ashabul ukhdud yaitu orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit.
Orang-orang yang beriman ini tetap teguh pada keimanan mereka pada Allah, hingga raja di masa itu marah dan membakar mereka hidup-hidup.
"Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar dalam berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus disakiti," ujarnya melansir laman Rumaysho.
(Vitrianda Hilba Siregar)