4. Masjid Sepuh Ki Ageng Butuh
Di wilayah Gedongan, Plupuh, Sragen terdapat Masjid Sepuh Ki Ageng Butuh atau lebih dikenal dengan nama Masjid Butuh. Lahan masjid itu menjadi bagian dari lahan milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan total luas 4.225 meter persegi.
Terdapat lahan permakaman umum seluas 1.673,5 m2, dan permakaman khusus kerabat Ki Ageng Butuh seluas 380 m2. Sisanya untuk parkir dan perumahan juru kunci seluas 995,5 m2.
Baca juga: Obama Takjub dengan Masjid Sultan Ahmet: Menghubungkan Masa Lalu hingga Masa Depan
Bangunan utama masjid berbentuk tajuk dengan kubah di bagian puncaknya. Bangunan serambi masjid berbentuk limasan. Struktur bangunan menggunakan kerangka kayu jati. Soko guru masjid terdiri atas empat pilar setinggi 6 meter dengan ukuran sisi 30 cm.
Empat soko guru itu dikelilingi 12 pilar dengan ukuran tinggi 4 meter dan setiap sisinya 25 cm. Belasan pilar itu terhubung ke empat soko guru dan saling mengunci.
Di sebelah utara tempat imam salat terdapat mimbar tua terbuat dari kayu berukir. Model mimbar itu seperti model mimbar di Masjid Agung Surakarta atau Masjid Al Wustho Mangkunegaran, Solo. Di bagian atas pintu mimbar terdapat tulisan Arab melengkung yang di tengahnya ada angka tahun berangka Arab 1852.
Ketua Takmir Masjid Butuh Muhammad Aziz (40) menyampaikan angka tahun itu merupakan tahun Masehi sebagai penanda mimbar itu ada di Masjid Butuh, yakni 1852 Masehi.
"Mimbar itu memang pemberian dari Keraton Surakarta pada masa pemerintahan Paku Buwono VII," ujar Aziz saat berbincang dengan Solopos pada April 2021 lalu.
Baca juga: Menyesal Pernah Ikut Hancurkan Masjid, Pria Ini Masuk Islam dan Bangun 100 Masjid
Ia mengungkapkan bangunan masjid saat ini merupakan bangunan hasil rehab pada masa pemerintahan PB VII. Bangunan masjid yang asli buatan Ki Ageng Butuh pada sekitar awal abad XVI atau sekira tahun 1500-an Masehi setelah dia meninggalkan Keraton Pengging di wilayah Pengging, Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Masjid tersebut terletak di pinggir Bengawan Solo, hanya berjarak 50 meter dari bibir sungai. Di masjid itulah, kata Aziz, Ki Ageng Butuh menyebarkan agama Islam kepada para penduduk di wilayah Dukuh Butuh. Aziz meyakini Masjib Butuh menjadi bukti syiar Islam oleh Ki Ageng Butuh yang membangunnya pada tahun 1500-an Masehi.
"Pada 1966, masjid ini mendapat perbaikan lagi. Yang membangun para peziarah," pungkasnya.
(Hantoro)