11. Zainab binti Ahmad (w. 1339)
Zainab mungkin salah satu cendekiawan Islam paling terkemuka di abad ke-14. Zainab termasuk dalam mazhab Hanbali dan tinggal di Damaskus. Dia telah memperoleh sejumlah ijazah (semacam sertifikasi) di berbagai bidang, terutama hadis.
Pada awal abad ke-14, dia mengajar ragam kitab seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Al-Muwaththa’ karya Malik bin Anas, Syama’il dari al-Tirmidzi, dan Syarh Ma’ani al-Athar dari al-Tahawi.
Di antara murid-muridnya adalah pengelana Afrika Utara Ibn Batuta (w. 1369), Taj al-Din al-Subki (w. 1355), al-Dhahabi (w. 1348), dan namanya muncul di beberapa tulisan Ibn Hajar al-Asqalani (w. 1448).
Penting untuk menunjukkan bahwa Zainab hanyalah salah satu dari ratusan perempuan ulama hadis selama periode abad pertengahan di dunia Muslim.
12. Sayyida al-Hurra (w. 1542)
Sayyida al-Hurra berasal dari Kerajaan Nasrid di Granada, tetapi terpaksa melarikan diri setelah ditaklukkan oleh Spanyol yang beragama Kristen pada tahun 1492. Seperti banyak Muslim Andalusia, ia menetap di Maroko. Bersama suaminya, ia memerintah kota Tetouan di pantai utara.
Setelah kematian suaminya pada tahun 1515, ia menjadi satu-satunya penguasa kota, dan mengubah Tetouan menjadi basis utama operasi angkatan laut untuk balas dendam melawan Spanyol dan Portugal.
Dia bersekutu dengan laksamana Hayreddin Barbarossa di Aljazair dan bersama-sama mereka memberikan pukulan serius bagi kekuatan kekaisaran Spanyol di Afrika Utara dan Mediterania Barat. Sayyida al-Hurra menghabiskan sisa-sisa harinya di laut hingga dikenal sebagai “Ratu Bajak Laut”.
13. Malahayati dari Aceh (w. 1600)
Salah satu perempuan Muslim paling signifikan dalam sejarah modern awal Asia Tenggara, Malahayati merupakan seorang tokoh militer dan politik terkemuka di Kesultanan Aceh selama abad ke-16. Dia adalah seorang laksamana terkenal dan memimpin sebuah armada yang sebagian besarnya terdiri dari janda-janda perang Aceh.
Malahayati dikenang dalam historiografi Indonesia pasca-kolonial sebagai laksamana heroik yang merupakan pemimpin awal perlawanan terhadap kolonialisme Belanda di Asia Tenggara. Salah satu kemenangan terpenting Malahayati adalah kekalahan komandan angkatan laut Belanda Cornelis de Houtman pada tahun 1599.
14. Nana Asma'u (w. 1864)
Nana adalah putri dari Usman dan Fodio (w. 1232/1817), seorang ahli hukum, pembaharu, sufi, dan pendiri kekhalifahan Sokoto. Meskipun banyak yang berasumsi bahwa ketenarannya terkait semata-mata dengan karir ayahnya, harus digarisbawahi bahwa Nana Asma’u adalah seorang penyair, sejarawan, pendidik, dan sarjana agama penting yang terus memainkan peran utama dalam politik, perkembangan budaya, dan intelektual di Afrika Barat selama hampir 50 tahun setelah kematian ayahnya.
Dia adalah seorang ahli hukum Maliki dan seorang sufi dari tarekat Qadir, mengabdikan diri untuk pendidikan perempuan Muslim dan melanjutkan tradisi reformis ayahnya. Ia percaya bahwa pengetahuan memegang kunci untuk perbaikan masyarakat.
15. Siti Walidah Dahlan (w. 1923)
Nyai Walidah merupakan istri dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Bersama suaminya, peran Siti Walidah sangat besar dalam mengorganisasi kaum perempuan dan mendirikan perkumpulan perempuan terbesar di dunia, Aisyiyah.
Dari Aisyiyah inilah berkembang sekolah-sekolah putri dan asrama, keaksaraan, dan program pendidikan Islam untuk perempuan. Hingga saat ini, Aisyiyah memiliki ribuan lembaga pendidikan, puluhan rumah sakit, dan layanan sosial kemasyarakatan lainnya.
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)