Seketika Abu Nawas langsung mengetahui kalau jin yang dimaksud adalah jin ifrit. "Sepertinya aku harus mencari cara supaya bisa mengalahkan jin ifrit," pikir dia.
Setelah berpikir agak lama, muncullah ide cemerlang di otaknya. "Bagaimana tuan, apakah tuan sanggup menghadapinya?" tanya kepala dusun kepada Abu Nawas.
"Tenang saja, jin ifrit itu pasti akan bertekuk lutut di hadapanku. Sebenarnya dia hanya menggertak, pasti ada wanita yang sedang dia sukai."
"Begini saja, aku akan menulis surat tantangan untuknya dan saya minta tolong supaya suratku ini diberikan kepada jin ifrit," perintah Abu Nawas kepada kepala dusun.
Abu Nawas kemudian membuat surat tantangan dan memberikannya kepada kepala desa untuk disampaikan kepada jin ifrit. Setelah surat tantangan itu diberikan, Jin ifrit pun menjadi marah. Dia berjanji akan membunuh siapa saja yang berani menantangnya.
Sambil menunggu waktu pertandingan, Abu Nawas membuat sandal yang sangat besar tingginya saja sampai 40 meter. Ketika sandal tersebut selesai dibuat, ia meletakkannya di tengah lapangan yang nantinya menjadi tempat bertanding antara dirinya dan jin ifrit.
Setelah sebulan berlalu, tibalah saatnya waktu yang ditentukan. Jin ifrit yang sudah geram menahan emosi langsung menuju lapangan untuk menghancurkan orang yang menantangnya. Dia datang dengan suara yang menggelegar.
"Di mana laki-laki yang berani menantangku? Keluarlah! Aku akan hancurkan tubuhnya," ucap jin ifrit sambil marah-marah.
Para warga yang tadinya berkumpul hendak menyaksikan pertandingan, spontan berlarian meninggalkan lapangan karena takut menjadi sasaran amukan jin ifrit.
Berapa lama muncullah Abu Nawas ke tengah lapangan untuk menghadapi jin yang jahat itu. "Oh jadi kamu yang bernama Abu Nawas, orang yang berani menantangku! Apa kamu sudah bosan hidup? Ayo sekarang kita bertarung," tantang jin ifrit.
"Maaf, Anda salah orang. Saya ini muridnya Abu Nawas," kata Abu Nawas berpura-pura.