Abu Nawas kaget mendengarnya. "Maksud Paduka, hamba disuruh menaklukkan jin jahat itu?" tanya dia memastikan.
"Benar sekali Abu Nawas. Aku tahu kamu pasti bisa mengalahkannya," ujar Baginda Raja.
Raut muka ketakutan dan gemetaran mulai terlihat pada diri Abu Nawas. "Ampun Paduka yang mulia, apa Paduka tidak salah orang? Saya kira Paduka keliru kalau sampai menunjuk saya, sebab saya ini bukan orang sakti," katanya.
"Wahai Abu Nawas, aku tahu kamu memang bukan orang hebat, bukan pula orang sakti, tapi dengan akal cerdikmu, aku yakin kamu bisa mengalahkan jin jahat itu," ucap Baginda Raja.
Abu Nawas dengan terpaksa menerima tugas tersebut, karena jika menolaknya bisa dihukum berat oleh Baginda Raja.
Keesokan harinya berangkatlah Abu Nawas menuju kampung yang dimaksud. Setibanya di sana, ia langsung menemui kepala dusun.
"Apakah Anda utusan Baginda Raja?" tanya kepala dusun.
"Iya benar saya diutus Baginda Raja ke sini," jawab Abu Nawas.
Kepala dusun itu lalu menceritakan semuanya tentang sosok jin yang sering mengganggu kampungnya, termasuk meminta tumbal seorang gadis saat musim panen tiba.
Setelah mendengar secara saksama, Abu Nawas lalu bertanya, "Apakah di antara warga ada yang pernah melihat wujud jin tersebut?"
Sang kepala dusun menjawab, "Saya kira hampir semua dari warga kami pernah melihatnya. Saya sendiri juga pernah melihatnya."
Abu Nawas kemudian kembali bertanya, "Bagaimana wujudnya?"
Kepala dusun tersebut menjawab, "Tubuhnya tinggi dan rambutnya dikuncir di antara kepalanya yang botak."