Share

Kisah Mubarak Pemuda Miskin namun Salih yang Dapat Istri Cantik dan Mertua Kaya Raya

Tim Okezone, Jurnalis · Sabtu 17 Desember 2022 10:17 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 17 614 2728891 kisah-mubarak-pemuda-miskin-namun-salih-yang-dapat-istri-cantik-dan-mertua-kaya-raya-0iEq0UUPim.jpg Ilustrasi kisah Mubarak pemuda miskin namun salih menikah dengan wanita cantik kaya raya. (Foto: Unsplash)

INILAH kisah pemuda miskin bernama Mubarak yang mendapat istri cantik dan mertua kaya raya. Cerita ini disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam At-Tibrul Masbuk fi Nashihatuil Muluk saat menjelaskan tips memilih menantu.

Dikutip dari nu.or.id, Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta, mengisahkan di sebuah kota bernama Marw, Persia, ada seorang pria bernama Nuh bin Maryam. Ia merupakan hakim dan gubernur di daerah itu. Sudah tentu dia juga seorang ulama karena kualifikasi hakim zaman dulu mengharuskan demikian.

BACA JUGA:Kisah Nabi Yusuf Mimpi Melihat 11 Bintang, Matahari, Bulan Sujud Kepadanya 

Nuh bin Maryam juga dikenal sebagai sosok yang kaya raya. Kemudian ia memiliki seorang putri berparas cantik dan memiliki karier yang bagus.

Dikarenakan putrinya sudah perawan dan memasuki usia untuk menikah, Nuh berencana mulai mencarikannya pasangan. Banyak pria kaya dan berpangkat tinggi datang untuk melamarnya. Namun, semua itu justru membuat Nuh bingung dan tidak terburu-buru memilih. Alasannya, jika memilih salah satu lelaki itu, khawatir yang lain akan tersinggung.

"Aku bingung, kalau pilihkan salah satu dari mereka, nanti yang lain akan tersinggung," ucapnya.

Nuh terus dalam kebingungan, sementara putrinya sudah harus secepatnya dinikahkan karena telah memasuki usia harus berumah tangga.

BACA JUGA:Kisah Nabi Shaleh dan Mukjizat Unta Betina Besar Membuat Takjub Kaum Tsamud 

Lebih Memilih Menantu Pemuda Miskin

Nuh bin Maryam memiliki seorang budak laki-laki yang sangat bertakwa berkebangsaan India bernama Mubarak. Ia adalah pemuda miskin yang tidak punya apa-apa.

Nuh memiliki kebun yang sangat luas yang ia tanami berbagai macam pohon, buah-buahan, dan aneka tumbuhan. Dia menugasi Mubarak untuk merawatnya.

Hingga satu bulan berlalu, Nuh meminta Mubarak untuk memetikkan segenggam anggur untuknya. "Wahai Mubarak, petikkan aku segenggam anggur."

"Baik, Tuan. Segera hamba ambilkan," jawab Mubarak patuh. 

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Setelah segenggam anggur didapatkan, Mubarak memberikan kepada tuannya. Semua anggur yang ia petik ternyata masam. Nuh pun menyuruhnya memetik seganggam lagi. Namun hal serupa terjadi, semua anggur masam.

Nuh heran dan berkata kapada budaknya. "Mubarak, dari anggur sebanyak ini, kenapa kamu tidak bisa membedakan mana yang manis dan mana yang masam?"

"Maaf, Tuan. Hamba benar-benar tidak tahu mana yang manis dan mana yang masam," jawab Mubarak.

"Kau ini bagaimana? Sudah satu bulan penuh kau mengurus kebun ini, tapi membedakan jenis anggur saja tidak bisa."

"Benar, Tuan. Hamba memang tidak bisa membedakan rasanya."

"Kau kan bisa mencicipinya agar tahu mana yang manis dan mana yang masam."

"Maaf, Tuan. Anda hanya memerintahkan hamba untuk menjaganya, bukan mencicipi. Hamba tidak ingin mengkhianati Anda."

Mendengar jawaban Mubarak, Nuh tertegun dan tahu bahwa budaknya adalah pemuda yang cerdas dan memiliki moral luhur.

"Wahai anak muda, aku sangat senang dengan prinsipmu. Sekarang aku punya satu perintah untukmu."

"Apa pun perintahnya, akan hamba turuti, Tuan."

"Aku punya putri yang sangat cantik. Sudah banyak laki-laki penting dan kaya raya yang datang untuk melamar, tapi belum juga aku menentukan pilihan. Apakah kamu punya saran untukku?"

Mubarak lalu menjawab seperti ini:

إن الكفار في زمن الجاهلية كانوا يريدون الأصل والنسب والبيت والحسب واليهود والنصارى يطلبون الحسن والجمال وفي عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم كان الناس يطلبون الدين والتقى. أما وفي زماننا هذا فالناس يطلبون المال فاختر من هذه الأربعة ما تريد

Artinya: "Dalam memilih menantu, dulu orang-orang kafir zaman jahiliah melihat siapa orangtuanya, bagaimana reputasinya, seperti apa rumahnya, dan berapa besar kekayaannya. Sementara umat Yahudi dan Nasrani melihat sejauh mana kecantikan dan kemolekannya. Pada zaman Rasulullah sendiri yang jadi pertimbangan adalah kualitas agama dan ketakwaannya. Pada zaman kita sekarang, kekayaan menjadi prioritas utama. Silakan, tuan pilih di antara empat ini." 

"Wahai pemuda, aku lebih memilih calon menantu yang agamanya kukuh, bertakwa, dan amanah. Sebab itu, aku ingin kau yang menjadi menantuku. Aku sudah menemukan kebiakan dalam dirimu. Agamamu kukuh dan moralmu luar biasa."

"Tapi, tuan, hamba hanya seorang budak India berkulit hitam yang dulu engkau beli. Kenapa sekarang justru tuan ingin mengangkat hamba sebagai menantu?" tanya Mubarak setengah tidak percaya. Ia hanya bisa mematuhi kemauan tuannya.

Nuh akhirnya menyampaikan niat itu kepada istrinya dan berembug. "Suamiku, semua keputusan ada di tanganmu. Tetapi, aku akan sampaikan dulu hal ini kepada putri kita. Aku ingin mendengar jawabannya dulu," kata sang istri.

Setelah mendengar tawaran itu, putri mereka menyerahkan pilihan kepada kedua orangtua. "Jika hal ini sudah menjadi keputusan ibu dan bapak, aku akan mematuhinya. Aku tidak akan pernah menentang perintah kalian berdua."

Mubarak pun menikah dengan putri Nuh bin Maryam. Dari kedua pasangan ini kemudian lahir Abdullah bin Mubarak yang kelak menjadi seorang ulama besar. Ia dikenal sebagai seorang 'alim yang zuhud dan banyak meriwayatkan hadits Nabi. Namanya begitu harum dan sangat familier dalam dunia intelektual Muslim. (Imam al-Ghazali, At-Tibrul Masbuk fi Nashihatuil Muluk, 1988: 122-123).

Wallahu a'lam

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini