Share

Mengetahui Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang Digunakan Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1444H

Hantoro, Jurnalis · Kamis 02 Februari 2023 10:56 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 02 614 2757623 mengetahui-hisab-hakiki-wujudul-hilal-yang-digunakan-muhammadiyah-tetapkan-1-ramadhan-1444h-3ajtAzUfPG.jpg Ilustrasi hisab hakiki wujudul hilal. (Foto: Arif Julianto/Okezone)

PIMPINAN Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh pada Kamis 23 Maret 2023 Masehi. Keputusan ini ditetapkan berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tarjdid PP Muhammadiyah.

Lantas, apa itu hisab hakiki wujudul hilal? Lalu bagaimana cara menentukannya?

BACA JUGA:PP Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah Jatuh pada 23 Maret 2023ย 

Dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Ustadz Ilham Ibrahim mengungkapkan bahwa metode hisab dapat menghitung posisi-posisi geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di muka bumi, sehingga dapat membuat perhitungan awal bulan kamariah dan penanggalan.

Dalam perjalanannya, Muhammadiyah telah berperan aktif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu hisab di Indonesia, dan dapat dikatakan sebagai pelopor penggunaan hisab untuk penentuan bulan kamariah yang terkait dengan ibadah.ย 

Info grafis negara dengan waktu puasa terlama dan tersingkat. (Foto: Okezone)

Dalam penentuan awal bulan kamariah, Muhammadiyah tidak mendasarkan pada metode hisab urfi, karena perhitungannya didasarkan pada peredaran bulan dan bumi rata-rata dalam mengelilingi matahari, sehingga menghitung umur bulan secara tetap, yakni pematokan hari dalam bulan-bulan hijriyah sebanyak 30 hari untuk bulan ganjil (bulan ke-1, 3, 5, 7, 9, 11) dan 29 hari untuk bulan genap (bulan ke-2, 4, 6, 8, 10, 12) secara terus-menerus dalam satu tahun, kecuali bulan Dzulhijjah pada tahun kabisat berjumlah 30 hari.

Muhammadiyah mengacu pada gerak faktual bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah berdasarkan pada kedudukan atau perjalanan bulan tersebut. Inilah yang dinamakan dengan hisab hakiki.

Penggunaan hisab hakiki oleh Muhammadiyah ini disebabkan perhitungan yang dilakukan terhadap peredaran bulan dan matahari menurut hisab ini harus sebenar-benarnya dan setepat-tepatnya berdasarkan kondisi bulan dan matahari pada saat itu.

BACA JUGA:Puasa Ramadhan 2023 Berapa Hari Lagi? Ini Jadwalnya Beserta Idul Fitri 1444Hย 

Lebih jauh, Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, yakni matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan walaupun hanya berjarak 1 menit atau kurang.

Ide ini berasal dari pakar falak Muhammadiyah Wardan Diponingrat yang tidak hanya dipahami berdasarkan pada Surat Yasin Ayat 39โ€“40, melainkan juga menggunakan perangkat lain seperti hadits dan konsep fikih lainnya serta dibantu ilmu astronomi.ย 

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Follow Berita Okezone di Google News

Syarat Hisab Hakiki Wujudul Hilal

Dalam buku "Pedoman Hisab Muhammadiyah" dijelaskan bahwa dengan hisab hakiki wujudul hilal, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif, yaitu:

(1) Telah terjadi ijtimak; (2) Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam; (3) Pada saat matahari terbenam, bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk. Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka bulan berjalan digenapkan 30 hari dan bulan baru dimulai lusa.

Tidak semua metode hisab hakiki mensyaratkan keberadaan bulan di atas ufuk saat matahari terbenam pada hari konjungsi. Dalam hisab hakiki kriteria ijtimak sebelum gurub (al-ijtimaโ€™ qabla al-gurub), misalnya apabila ijtimak terjadi sebelum matahari tenggelam, maka malam itu dan esok harinya adalah bulan baru, dan apabila ijtimak terjadi sesudah matahari terbenam, maka malam itu dan esok harinya adalah hari penggenap bulan berjalan, dan bulan baru dimulai lusa.

Kriteria ini tidak mempertimbangkan apakah pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk atau di bawah ufuk.

Pahadal, ufuk menjadi garis penentu apakah bulan baru sudah wujud atau belum. Apabila pada saat terbenamnya matahari, bulan telah mendahului matahari dalam gerak mereka dari barat ke timur, artinya saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk, maka itu menandai dimulainya bulan kamariah baru.

Akan tetapi apabila bulan belum dapat mendahului matahari saat gurub, dengan kata lain bulan berada di bawah ufuk saat matahari tenggelam, maka bulan kamariah baru belum mulai; malam itu dan keesokan harinya masih merupakan hari dari bulan kamariah berjalan.

Bagi Muhammadiyah, menjadikan keberadaan bulan di atas ufuk saat matahari terbenam sebagai kriteria mulainya bulan kamariah baru juga merupakan abstraksi dari perintah-perintah rukyat dan penggenapan bulan 30 hari bila hilal tidak terlihat.

Hilal tidak mungkin terlihat apabila di bawah ufuk. Hilal yang dapat dilihat pasti berada di atas ufuk. Apabila bulan pada hari ke-29 berada di bawah ufuk sehingga tidak terlihat, lalu bulan bersangkutan digenapkan 30 hari, maka pada sore hari ke-30 itu saat matahari terbenam untuk kawasan normal Bulan sudah pasti berada di atas ufuk.

Wallahu a'lam bisshawab.ย 

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini