KELUARGA Imran diceritakan dalam Alquran Surat Ali Imran. Surat ini memiliki arti Keluarga Imran dan terdiri dari 200 ayat. Kemudian berada di urutan ke-3 dalam kitab suci Alquran dan termasuk golongan Madaniyyah atau turun di Kota Madinah.
Dilansir laman Rumaysho, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc menjelaskan Imran di sini adalah ayah dari Maryam ‘alaihimas salam. Ibnu Katsir menyebut keluarga Imran ini sebagai keluarga yang thahir dan thayyib yaitu suci dan baik.
BACA JUGA:Sosok Mulia Maryam binti Imran, Ibunda Nabi Isa yang Sangat Sabar Hadapi Cobaan Besar
Muhammad bin Ishaq mengatakan nama lengkap Imran adalah Imran bin Ba-syam bin Man-sya bin Hazqiya. Ia merupakan keturunan dari Sulaiman bin Daud.
Abul Qasim Ibnu ‘Asaqir menyebut namanya ‘Imran bin Maataan, keturunan dari Sulaiman bin Daud. Pendapat yang ada menunjukkan satu kata sepakat, Imran adalah keturunan Sulaiman bin Daud.
BACA JUGA:Terungkap! Inilah Tempat Nabi Isa Membunuh Dajjal pada Akhir Zaman Kelak
Imran merupakan pemilik tempat sembahyang Bani Israil pada zamannya. Ibu Maryam bernama Hannah binti Faquda bin Qabil yang termasuk wanita ahli ibadah.
Pada masa itu, Zakariya adalah seorang nabi. Zakariya merupakan istri dari saudara perempuan Maryam yang bernama Asy-ya’, inilah pendapat kebanyakan ulama. Pendapat lain mengatakan Asy-ya’ adalah bibi (saudara dari ibunya) dari Maryam.
Kisah Hannah binti Faquda bin Qabil
Hannah adalah wanita mandul. Suatu hari ia melihat seekor burung yang memberi makan anak-anaknya. Dari situ ibu Maryam sangat berharap sekali memiliki anak.
Dia pun bernazar sekiranya hamil, maka akan menjadikan anaknya pelayan di Baitul Maqdis. Para ulama mengatakan saat itu juga darah haidh Hannah keluar. Ketika dia suci, suami Hannah menggaulinya, akhirnya ia mengandung Maryam.
Ibnu Katsir mengatakan orang-orang dulu biasa bernazar agar anak mereka menjadi pelayan untuk Baitul Maqdis.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surat Ali Imran Ayat 35–37:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ ۖ وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
35. (Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmaqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
36. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk”.
37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. Ali Imran: 35-37)
Kelahiran Maryam binti Imran
Mayoritas pakar tafsir menyebutkan bahwasanya ketika ibu Maryam melahirkannya, ia segera membungkusnya dengan kain lantas membawanya ke masjid dan menyerahkannya kepada ahli ibadah yang tinggal di sana.
Maryam adalah putri dari imam mereka sekaligus pemilik tempat ibadah tersebut. Mereka pun bersilang pendapat berkaitan dengan diri Maryam. Namun yang terlihat, Maryam diserahkan kepada mereka setelah disusui dan diasuh.
Setelah Maryam diserahkan kepada mereka, mereka pun bersilang pendapat tentang siapa yang akan merawatnya. Pada zaman itu, Zakariya adalah nabi mereka. Zakariya hendak mengasuhnya sendiri karena istrinya adalah saudara perempuan Maryam (atau bibinya, sebagaimana ada beda pendapat dalam masalah ini).
Kondisi pun mulai memanas dan mereka menginginkan agar dilakukan undian. Akhirnya nama Zakariya yang keluar sebagai pemenang. Dalam ayat disebutkan:
وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا
“dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.” (QS Ali Imran: 37)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
ذَٰلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ ۚ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.” (QS Ali Imran: 44)
Zakariya memenangkan undian yang dilakukan sampai tiga kali. (Lihat kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2:422)
Hingga akhirnya Maryam pun dirawat Nabi Zakariya dan menjadi wanita terpilih. Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)