Singkat cerita sampailah Abu Nawas di rumah tuan menteri. Di sana Abu Nawas terus memerhatikan si anak yang tengah asyik menabuh rebana tanpa henti.
Abu Nawas lantas berkata kepada tuan menteri, "Mana palu dan pahatnya?
Tuan menteri pun segera memberikannya. Abu Nawas lalu mendekati si anak dengan membawa palu dan pahat.
"Aku perhatikan kamu semangat sekali menabuh rebana?" tanya Abu Nawas.
"Iya karena bunyinya keras dan merdu," jawab si anak.
"Benarkah? Aku jadi penasaran ingin tahu apa yang ada di dalam rebana itu. Coba kamu congkel isinya," balas Abu Nawas sambil memberikan palu dan pahat.
Si anak yang juga penasaran menuruti apa yang dikatakan Abu Nawas. Dia langsung memahatnya dengan palu sehingga membuat rebana tersebut pecah dan tidak bisa lagi digunakan.
Si anak pun hanya bisa menyesali nasibnya. Ia mau menangis dan mengamuk tapi tidak berani karena yang merusak rebananya adalah diri sendiri.
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)