LINGKUNGAN bisa memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu. Bahkan, bukan tidak mungkin teman-teman sekitar mampu mengetuk pintu hati seseorang untuk menjadi mualaf.
Inilah yang dirasakan Lintang Nurhayati, wanita cantik asal Pati, Jawa Tengah. Dia mantap mengucap dua kalimat syahadat usai melihat akhlak terpuji teman-teman kuliahnya yang Muslim.
Tapi mundur beberapa waktu lalu dari sebelum kuliah, Lintang memang sudah lebih dulu mengalami pergolakan batin.
"Sebenarnya sudah dari SMA saya mengalami gejolak batin. Saya masih ingat beberapa kali dulu saya ikut teman ke masjid di waktu dzuhur, tapi saya enggak sholat, saya nunggu di luar," kata Lintang seperti dikutip dari kanal YouTube Mualaf TV.
Batin yang bergejolak terhadap agama lama Lintang bukan muncul tanpa sebab. Ada beberapa hal sampai dia merasa kecewa. Entah apa hal yang dimaksud, Lintang enggan menyampaikannya.
"Di SMA saya di agama yang dulu ada perkumpulan, tapi saya jarang ikut, saya sudah tidak sreg. Ada beberapa kekecewaan di agama yang dulu, tapi mohon maaf enggak bisa disampaikan," ungkapnya.
Kagum pada Akhlak Teman Kuliah
Hingga akhirnya masa SMA Lintang telah berakhir. Wanita asal Pati ini melanjutkan kuliah di Surakarta atau Solo dan bertemu sejumlah teman beragama Islam. Dari sana, rasa kagum Lintang mulai timbul kepada para Muslim ini.
"Ternyata setelah kuliah, saya bertemu dengan teman-teman yang Masya Allah sangat dekat dengan agama," ujarnya.
Menurut Lintang, program studi atau jurusan di kampusnya memang dihuni oleh mereka yang taat agama Islam. Serangkaian kegiatan keagamaan juga ada kalanya dilaksanakan.
Akhlak teman-teman Lintang dianggap benar-benar mencerminkan agama Islam. Adab mereka juga terlihat begitu baik sehingga dirinya makin yakin berpindah keyakinan.
"Kebetulan di prodi dan angkatan saya sangat kental agamanya. Terkadang ada kajian, saya tertarik melihat teman-teman saya. adab dan akhlaknya terjaga dan terdidik. Itu jadi salah satu daya tarik saya masuk Islam," lanjutnya.
Atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala, Lintang Nurhayati menjadi mualaf pada Maret 2019. Dia mengucap dua kalimat syahadat di Masjid SMA Al Islam Surakarta.
Menurut Lintang, banyak kebenaran yang ditemukan setelah menjadi Muslimah. Antara lain, makin yakin bahwa Tuhan memang Esa, bukan berkonsep tritunggal. Dia pun tidak lagi terlibat hubungan di luar pernikahan alias pacaran.
Cobaan Usai Mualaf
Menjadi pemeluk Islam di tengah keluarga non-Muslim bukan sesuatu yang mudah. Lintang mengaku sang ibu sempat menunjukkan reaksi penolakan. Meskipun, sebenarnya ayah Lintang lebih melunak dengan membebaskan pilihan terbaik anaknya.
"Ujian paling berat ibu saya sendiri. Bapak mengizinkan asalkan itu dari diri sendiri jangan buat main-main," ungkap Lintang.
Ketika pulang ke Pati dan sudah berstatus Muslimah, Lintang merasa ibunya berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi antusias, melainkan mata sembap habis menangis.
Pernah juga sang ibu berusaha ingin Lintang kembali ke agama sebelumnya. Tapi, keputusan Lintang memeluk Islam sudah bulat.
"Saya melihat ibu saya bukan seperti sebelumnya, tidak seperti ibu yang antusias anaknya pulang. saya melihat ibu saya kayak habis menangis," ucapnya.
"Awal-awal waktu saya pulang, intinya saya kalau bisa ditarik lagi. Tapi karena sudah prinsip saya, tidak enggak bisa," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, hati sang bunda mulai luluh. Namun, cobaan tidak berhenti sampai di situ. Sanak saudara lain yang merupakan pemuka agama juga bereaksi.
Mereka memberikan nasihat hingga beradu argumen ketika mengetahui Lintang menjadi mualaf. Hebatnya, dia tetap teguh pada pendirian sendiri.
"Pakde saya itu pemuka agama, kakak laki-lakinya ibu. Seperti menasihati saya sesuai keyakinan beliau. Tapi kembali lagi karena ini sudah pilihan saya, ya tidak bisa seperti yang dulu," ucap Lintang.
"Saya sempat didatangi oleh pakde saya (yang lain), itu pemuka agama, beliau rumah ibadahnya besar. Terus seperti beradu argumen, saya tetap pada prinsip," katanya lagi.
Kini Lintang bukan sekadar sudah menjadi mualaf, tetapi juga berhijab sesuai syariat Islam. Lebih hebatnya lagi, seseorang yang dulu bahkan pernah meyakini Tuhan selain Allah, saat ini mengajar di Pondok Pesantren Ahmad Dahlan Sukoharjo. Masya Allah.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)