Ketika pasukan Abrahah yang dipimpin Aswad bin Maqfud sampai di Tihamah, mereka merampas harta penduduk, termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib. Melihat perampasan itu beberapa pemuka Quraisy bertekad berperang melawan tentara Abrahah. Namun, mengetahui kekuatan tidak imbang, mereka mengurungkan niat untuk berperang.
Ketika bertemu Abrahah, Abdul Muthalib berkata, "Aku pemilik unta-unta itu, sementara Kakbah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya."
Ini membuat Abrahah kecewa, karena ia menganggap pimpinan Suku Quraisy tidak berniat melindungi Kakbah. Abrahah juga akhirnya menilai bahwa Kakbah tidak sepenting yang dikira karena Abdul Muthalib sendiri lebih mementingkan unta-untanya.
Namun apa yang disampaikan Abdul Muthalib hanyalah sebagai pengecoh Abrahah dan pasukannya, sehingga mereka mengurungkan niat untuk menghancurkan Kakbah dan berperang melawan penduduk Makkah.
Abrahah pun melalui utusannya menekankan bahwa dirinya tidak ingin berperang, hanya menghancurkan Kakbah. Selama tidak ada bentrok, maka tidak akan ada pertumpahan darah.