Hukum Puasa Muharram
Hukum puasa Muharram adalah sunnah sebagaimana ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam. Beliau menganjurkan umat Islam memperbanyak puasa pada bulan Muharram. Berpuasalah sesuai kemampuan, tapi yang lebih tepat adalah tidak berpuasa Muharram sebulan penuh.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah –Muharram. Sementara sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam." (HR Muslim nomor 1163, dari Abu Hurairah)
Sementara dalam riwayat lain, 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِى شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِى شَعْبَانَ
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau banyak puasa dalam sebulan selain pada bulan Syakban." (HR Muslim nomor 1156)
Adapun puasa Muharram yang sangat ditekankan adalah puasa Tasua (9 Muharram) dan puasa Asyura (10 Muharram). Bisa ditambah puasa Senin dan Kamis, lalu puasa Ayyamul Bidh setiap tanggal 13, 14, 15 Hijriah.