Menurut Gus Baha, rumus pernikahan itu harus mula'abah atau rileks membicarakan hal yang tidak penting. "Mula'abah-nya Rasulullah itu kalau bersama istrinya benar-benar santai. Memanggil istrinya Aisyah dengan ungkapan Ya Humaira (yang kemerah-merahan). Ketika Aisyah meminta tontonan, li'bul habasyah (permainan orang Habasyah), itu juga disetujui oleh Rasulullah," kata Gus Baha.
"Jadi ciri utama pernikahan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah mula'abah," tambah Rais Syuriah PBNU ini.
Teringat dawuh almarhum Kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen, Gus Baha mengatakan bahwa ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan menikahi musyrikah sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah Ayat 221:
وَلَا تَنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكَٰتِ حَتَّىٰ يُؤۡمِنَّۚ
"Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman." (QS Al Baqarah: 221)
Gus Baha menambahkan, tidak boleh laki-laki mukmin menikahi perempuan musyrik. Begitupun perempuan mukminah tidak boleh menikahi pria musyrik. Allah Azza wa Jalla memperingatkan dengan mengatakan:
أُوْلَٰٓئِكَ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ
"Mereka mengajak ke neraka."
Bahwa nikah yang salah itu mengajak ke neraka. Tetapi kalau menikah dengan mukminah itu diredaksikan dengan kalimat:
وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ
"Sedangkan Allah mengajak ke surga."
Dapat ditafsirkan bahwa menikahnya mukmin dan mukminah itu ganjarannya surga. "Nah, makna surga itu apa? Ya rileks, enggak bahas warisan, enggak bahas dunia, syukur-syukur enggak punya utang. Tapi yang penting, ciri utama pokok surga itu penuh dengan kenikmatan," bebernya.
"Poin selanjutnya adalah وَٱلۡمَغۡفِرَةِ Allah mudah mengampuni. Karena barokahnya nikah itu sudah luar biasa sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi. Salah paham dengan mertua, dengan ipar dan lain sebagainya, semua itu hal yang dimaklumi," tuturnya.