ISRA Miraj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem (Isra). Dilanjutkan ke Sidratul Muntaha atau langit ketujuh (Miraj). Ulama berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Oleh-oleh terbesar dari peristiwa ini adalah perintah sholat lima waktu. Secara etimologi, sholat berarti doa (berpengharapan). Sedang terminologi, sholat berarti ibadah berupa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Takbir atau "Allahu Akbar" adalah bentuk penghambaan atas kemahabesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ini adalah pengakuan berdimensi tauhid, mengesakan Allah Ta'ala, cermin kepatuhan dalam relasi vertikal antara hamba dan Tuhan.
Sholat diakhiri dengan salam (doa keselamatan), sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Salam pada pengujung sholat mengantarkan hamba dari ritual berdimensi spiritual kepada kesalehan sosial.
Salam membangun kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial. Karenanya, perlu terus diingatkan tentang pentingnya membangun kedamaian, persaudaraan, kerukunan, dan merekatkan ikatan kemanusiaan.
Sholat mencegah manusia dari perbuatan keji (fakhsya) dan munkar. Sebagian ulama menerjemahkan fakhsya sebagai sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan (kekejian), baik ucapan maupun perbuatan, misalnya kemusyrikan, kekikiran, perzinaan, termasuk caci maki dan hinaan.
Sedang munkar, sebagian ulama mendefinisikan sebagai segala sesuatu yang melanggar norma-norma agama dan budaya atau adat-istiadat suatu masyarakat.