Umrah secara backpacker juga bisa dianggap lebih hemat biaya, karena semua bisa diatur sesuai jadwal jamaah yang ingin berangkat. Mulai dari tiket pesawat, hotel, transportasi lokal yang bisa disesuaikan budget jamaah.
Selain itu, mereka juga tidak harus mengeluarkan anggaran tambahan yang dianggap membuat cost umrah terasa lebih mahal, seperti koper atau seragam. Selain harga yang dianggap lebih miring dan fleksible, peran semakin banyak masyarakat yang membagikan pengalaman mereka berangkat umrah backper dan melahirkan komunitas umrah mandiri menjadi inspirasi tersendiri.
Ditambah , agent travel baik konvensional atau yang berbasis digital, termasuk aplikasi resmi pemerintah Arab Saudi, yaitu Nusuk juga menawarkan beragam program umrah mandiri.
Sehingga, ada pergeseran kesan bahwa pergi umrah seperti orang yang sedang melakukan wisata ziarah ke Tanah Suci. Sehingga, mereka merasa cukup percaya diri mengurus semuanya sendiri seperti ketika mereka pergi ke negara lain, mulai Asia, Eropa, Amerika bahkan Afrika.
*Umrah Beda dengan Wisata*
Namun, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan jika umrah berbeda dengan perjalanan wisata, karena ada ketentuan dan aturan peribadatan yang mengikat. “Kalau ke luar negeri memang bisa sendiri. Mau ke Eropa, Jepang, Amerika, memang bisa dilakukan sendiri, karena tidak ada aturan-aturan, tapi umrah berbeda. Ada aturan peribadatan yang harus dipenuhi,” kata Yaqut kepada wartawan, Jumat (23/2/2024).
Yaqut mengatakan, langkah tegas larangan terhadap umrah backpacker, selain diharapkan meminimalkan risiko juga karena pemerintah ingin memastikan keselamatan serta kenyamanan mereka melaksanakan ibadah umrah.
Sementara Sekjend DPP Amphuri Farid Aljawi mengatakan, satu sisi fenomena umrah backpaker ini tidak bisa dihindari seiring perkembangan teknologi dan pemerintah Arab Saudi yang makin terbuka terhadap orang asing.