Hari, bulan dan tahun yang Allah ciptakan semuanya baik, tidak ada yang sial atau nahas. Sesungguhnya kesialan, kecelakaan, adalah bagian dari takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak diketahui hamba-Nya kecuali setelah terjadi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala bisa menimpakan kesialan atau kenaasan kepada siapa pun, di mana pun dan kapan pun, bila Allah menghendakinya. Hamba pun harus rela menerima takdir tersebut.
Perlu diketahui pula bahwa mengambinghitamkan waktu sebagai penyebab kesialan suatu usaha, sejatinya merupakan mitos masyarakat Arab jahiliyah.
Mereka sering berkumpul di berbagai kesempatan untuk berbincang-bincang tentang berbagai hal dan terkadang dalam perbincangan mereka terlontar ucapan-ucapan yang mempersalahkan waktu sebagai penyebab kesialan usaha mereka, atau manakala mereka ditimpa berbagai musibah lainnya.
Di samping itu, keyakinan adanya hari atau bulan sial merupakan bentuk thiyarah atau tasya'um (menganggap sial sesuatu) yang dilarang oleh Nabi Shallallahu’alaihiwasallam, karena ia merupakan kesyirikan yang biasa dilakukan oleh kaum jahiliyah sebelum Islam.
Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
“الطِّيَرَةُ شِرْكٌ”.
"Thiyarah adalah kesyirikan (beliau mengulanginya tiga kali)." (HR Ahmad dan dinyatakan sahih oleh Al Hakim, Ibnu Hibban, dan Al Albany)
"Perlu diketahui juga bahwa tidak ada larangan melakukan aktivitas yang mubah pada bulan Muharram, apalagi yang bernuansa ibadah, semisal pernikahan," jelas Ustadz Abdullah Zaen.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)