Meski kerap mabuk, Abu Nawas mampu menelurkan karya-karya sastra yang cemerlang, sehingga namanya dengan cepat menjadi terkenal di seantero Kekhalifahan Abbasiyah.
Tema-tema puisi dan karya sastra Abu Nawas yang unik tidak melulu bertema padang pasir seperti kebanyakan sastra saat itu dan dikemas dengan bahasa yang jenaka dan lucu, sangat disukai masyarakat.
Sisi humor dan jenaka Abu Nawas ini konon yang membantunya di saat-saat dia menyinggung atau menimbulkan ketidaksenangan dari Khalifah Harun Al-Rasyid. Mungkin hal inilah yang membuat Abu Nawas menjadi legenda yang kisah-kisahnya kemudian dirangkum dalam Cerita 1001 Malam.
Kehidupan hedon Abu Nawas ini berlangsung hingga suatu ketika dia dijebloskan ke penjara karena salah satu puisinya yang menyinggung dan membuat murka Khalifah Harun Al-Rasyid.
Sejak mendekam di penjara, puisi-puisi Abu Nawas menjadi lebih religius, bertema keagamaan dan kepasrahannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Abu Nawas meninggal antara tahun 814–816 M, meski ada juga yang menduga dia wafat pada tahun 803 M.
Seperti juga tahun meninggalnya, penyebab kematian Abu Nawas masih simpang siur dengan empat keterangan mengenai kematiannya, yakni tewas diracun oleh keluarga bangsawan Persia karena puisi yang menyinggung, meninggal setelah minum-minum di kedai, tewas dipukuli oleh keluarga bangsawan Persia karena karya satire yang diduga dibuatnya, atau ada juga yang menyebut dia meninggal di penjara.
Catatan lain menduga Abu Nawas meninggal karena sakit di rumah keluarga bangsawan Persia yang menimbulkan mitos bahwa dia diracun. Abu Nawas dimakamkan di Pemakaman Shunizi di Baghdad, Irak.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)