TERKAIT geger isu dugaan selingkuh Azizah Salsha istri Pratama Arhan, berikut ini dibahas hukum menyebarkan aib orang lain beserta ancamannya. Sangat penting diketahui agar terhindar dari perbuatan tersebut.
Seperti diberitakan, aib dugaan selingkuh artis Azizah Salsha istri dari pemain Timnas Indonesia Pratama Arhan muncul melalui sejumlah pesan singkat dari orang-orang yang mengaku teman dekatnya.
Chat-chat rumor aib dugaan perselingkuhan tersebut pun beredar luas di linimasa media sosial hingga mencuri perhatian publik Tanah Air.
Diisukan juga Azizah Salsha dan Pratama Arhan diduga sedang mengurus perceraian. "Sekarang Zize lagi urus cerai," isi pesan WhatsApp yang beredar luas itu, seperti dikutip dari unggahan akun X @rexthatch, Rabu (12/8/2024).
Hukum Menyebarkan Aib Orang Lain
Lantas, bagaimana hukum menyebarkan aib orang lain dan ancamannya di akhirat kelak dalam Islam?
Dihimpun dari nu.or.id, dosen psikologi Islam Unusia dan UIN Jakarta Ustadz Rakimin Al-Jawiy menjelaskan bahwa Islam melarang perbuatan mengumbar aib orang lain. Ini merupakan salah satu perbuatan dosa. Namun sayangnya di masa sekarang hal ini sudah merebak luas, terjadi di mana-mana.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan peringatan keras agar tidak mengumbar aib sesama umat manusia. Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Quran Surat Al Hujurat Ayat 12)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini (QS Al Hujurat: 12) turun berkenaan dengan peristiwa salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yakni Salman al Farisi yang bila selesai makan, suka terus tidur dan mendengkur.
Pada waktu itu ada orang yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah Surat Al Hujurat Ayat 12 yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.
Selaras dengan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam juga melarang mengumbar aib orang lain. Sebagaimana sabda beliau:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا إِخْوَانًا
Artinya: "Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang bersaudara." (HR Bukhari)
Anjuran Menutupi Aib Orang Lain
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya: "Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat." (HR Muslim)
Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tapi juga seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Hal ini sebagaimana yang disinyalir oleh hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang berbunyi:
"Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup." (HR Abu Dawud)
Oleh karena itu, jauhi ghibah, dusta, prasangka, dan mencari-cari kesalahan orang lain serta menyebarluaskan aib sesama. Jagalah aib orang lain sebagaimana menjaga aib diri sendiri.
Mari amalkan doa yang biasa dibaca Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pada pagi dan petang, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Umar radhiyallahu anhu:
اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِيْ
"Yaa Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu 'Afiyah di dunia dan akhirat. Yaa Allah, aku memohon kepada-Mu 'Afwaa dan 'Afiyah pada urusan agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Yaa Allah, tutupi auratku (aib-aibku)."
Ancaman Mengumbar Aib Orang Lain
Dikutip dari Rumaysho.com, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc mengungkapkan Islam melarang melakukan tajassus atau mencari-cari keburukan orang lain.
وَلَا تَجَسَّسُوا
Artinya: "Dan janganlah mencari-cari keburukan orang." (QS Al Hujurat: 12)
Hal yang dimaksud dalam ayat tersebut tentang tajassus adalah jangan mencari-cari keburukan kaum Muslimin dan aib-aib mereka. Demikian disebutkan dalam kitab Tafsir Al Jalalain.
Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim karya Ibnu Katsir, tajassus –seperti kata Imam Al Auza'i– adalah mencari-cari sesuatu.
Ada juga istilah tahassus yang maksudnya adalah menguping untuk mencari-cari kejelekan suatu kaum, di mana mereka tidak suka untuk didengar, atau menguping di depan pintu-pintu mereka. Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Adapun pada zaman sekarang ada pihak-pihak yang berusaha menguping berita, padahal orang yang disebar beritanya tidak suka itu diketahui khalayak ramai atau mungkin hal itu sudah ia sesali dan pertanggungjawaban.
Padahal terdapat ancaman besar dari menyebarkan aib orang itu, seperti disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ ، صُبَّ فِى أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: "Barang siapa menguping omongan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (kalau didengarkan selain mereka), maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat." (HR Bukhari nomor 7042)
Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-aanuk adalah tembaga cair. Yang namanya tembaga cair tentu saja dalam keadaan yang begitu panas. Na’udzu billah.
Ibnu Batthol mengatakan bahwa ada ulama yang berpendapat, hadits yang ada menunjukkan bahwa yang mendapatkan ancaman hanyalah untuk orang yang "nguping" dan yang membicarakan tersebut tidak suka yang lain mendengarnya.
Namun yang tepat jika tidak diketahui mereka suka ataukah tidak, maka baiknya tidak menguping berita tersebut kecuali dengan izin mereka. Karena ada hadits di mana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa terlarang masuk mendengar orang yang sedang berbisik-bisik (berbicara empat mata). Seperti ini dilarang kecuali dengan izin yang berbicara. Demikian diterangkan oleh Ibnu Batthol dalam Syarh Shahih Al Bukhari.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)