JAKARTA - Setan akan terus mengganggu manusia hingga terjerumus dalam perbuatan tercela hingga tersesat. Setan selalu berusaha menjauhkan muslim dari Allah SWT. Salah satu menggoda umat Islam agar tidak bersedekah karena takut miskin.
Melansir laman NU, Rabu (18/12/2024), kenyataan ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 268.
Dalam ayat tersebut digambarkan, setan menjanjikan manusia kemiskinan dalam hidupnya. Berikut ini adalah naskah, terjemahan dan tafsir ulama berkaitan dengan QS. Al-Baqarah ayat 268:
اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
asy-syaithânu ya‘idukumul-faqra wa ya'murukum bil-faḫsyâ', wallâhu ya‘idukum maghfiratam min-hu wa fadllâ, wallâhu wâsi‘un ‘alîm
Artinya: “Setan menjanjikan kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji, sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”
Syekh Abu Muhammad bin Mas’ud al-Baghawi dalam kitab Ma’alimut Tanzil fii Tafsiril Qur’an (Beirut, Darul Ihya’ at-Turats, 1999/I:372-373) menjelaskan, ayat ini secara umum mengabarkan, setan akan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan saat hendak menunaikan perintah Allah yang berkaitan dengan harta kemudian menggiring manusia mengerjakan perbuatan keji. Selain itu, dalam ayat ini Allah SWT berjanji kepada manusia, bahwa Dia akan mengampuni segala dosa dan memberikan anugerah berupa kemuliaan.
Al-Baghawi memaparkan, dalam hal setan yang menakut-nakuti manusia akan kemiskinan, gambarannya, ketika seseorang hendak berinfak, bersedekah ataupun berzakat, setan berkata:
“Simpan saja hartamu itu. Jika kamu mengeluarkannya untuk bersedekah dan lain sebagainya, maka bisa jadi kamu akan miskin akibatnya.”
Godaan setan yang menyebabkan manusia takut miskin ini bukan hanya membisikkan manusia untuk tidak bersedekah dan berinfak, akan tetapi lebih parah lagi menjadikan manusia bakhil (pelit). Urusan yang berkaitan dengan kewajiban mengeluarkan harta seperti zakat pun, manusia pun menjadi enggan melakukannya.
Selanjutnya, setelah setan sukses menggoda manusia menjadi takut miskin, setan juga akan berusaha menyebabkan manusia terjerumus ke dalam perbuatan keji. Al-Baghawi menukil perkataan Al-Kalbi, bahwa maksud dari perbuatan keji yang disebut dengan kata (الْفَحْشاء) dalam ayat tersebut adalah segala kekejian yang ada di dalam Al-Qur’an. Entah itu yang berkaitan dengan zina maupun dengan kesyirikan.
Berbeda dengan apa yang dijanjikan oleh setan, Allah justru memberikan ampunan kepada manusia dari dosa setelah ia bertaubat dan akan menganugerahkan kemuliaan serta rezeki yang melimpah.
Kemudian, sebagai penguat argumentasi, Al-Baghawi juga menampilkan beberapa hadits yang berkaitan dengan penjelasan yang mempertegas bahwa mengeluarkan harta untuk bersedekah, berinfak, dan berzakat itu tidak bisa menghabiskan harta, hadits itu menganjurkan mengeluarkan harta untuk kebaikan.
Salah satunya adalah hadits yang bersumber dari Asma’. Dalam hadits tersebut, Rasulullah saw menganjurkan Asma’ untuk berinfak dan tidak memperhitungkan sebanyak apa yang ia keluarkan.
Sementara itu, Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya, Tafsir al-Qur’an al-Adhim jilid I (Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1998/I:538) membuka penjelasannya mengenai ayat tersebut dengan mengutip sebuah hadits yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, إن لِلشَّيْطَانِ لَلَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً ، فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ، وَأَمَّا لمة الملك فإيعاد بالخير والتصديق بِالْحَقِّ، فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنَ اللَّهِ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ الْأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ مِنَ الشَّيْطَانِ
Artinya: “Sesungguhnya setan itu punya bisikan bagi anak Adam (manusia), begitupun malaikat memiliki bisikan juga. Adapun bisikan setan itu berupa menakut-nakuti dengan kejelekan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan malaikat menjanjikan kebaikan dan membenarkan sesuatu yang benar.”
Siapa saja yang mendapati bisikan malaikat, ketahuilah bahwa itu dari Allah, maka hendaklah orang tersebut memuji-Nya. Namun siapa saja yang mendapati hal yang lain, maka hendaklah orang tersebut berlindung kepada Allah.
Mengacu pada hadits tersebut, Ibnu Katsir ingin menampilkan bahwasanya setan itu memiliki andil dalam perbuatan buruk yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan kutipan hadits yang ia sampaikan juga memberikan pemahaman akan kewaspadaan terhadap godaan setan dengan senantiasa ta’awwudz, yakni berlindung kepada Allah.
Setelah itu, Ibnu Katsir menjelaskan QS. Al-Baqarah ayat 268 tersebut bermakna, setan itu menakut-nakuti kemiskinan kepada manusia supaya mereka menyimpan harta dan tidak menginfakkannya ke jalan yang diridhai oleh Allah.
Bersamaan dengan hal tersebut, setan juga memerintahkan dan menggiring manusia untuk berbuat maksiat, mengerjakan sesuatu yang keji dan menyelisihi perintah Allah. Berbeda dengan setan, Allah justru memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang berdosa dan memberikan kedudukan yang tinggi. Selain itu, Allah dalam ayat tersebut menegaskan bahwa diri-Nya memiliki keluasan dan kemahatahuan. Wallahu a’lam bishawab.
(Erha Aprili Ramadhoni)