JAKARTA - Isra Mi’raj adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam. Pada momen itu Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan luar biasa yang meliputi Isra, perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan Mi’raj, naik ke langit hingga Sidratul Muntaha.
Peristiwa ini terjadi pada malam hari sesuai firman Allah SWT dalam Alquran :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS Al-Isra: 1)
Melansir laman NU, Jumat (10/1/2025), menurut Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshatil Isra, terdapat beberapa alasan mengapa Allah memilih malam hari sebagai waktu terjadinya Isra dan Mi’raj. Penjelasan ini dapat ditemukan dalam kitabnya yang diterbitkan di Kairo oleh Darul Hadits pada tahun 2002, tepatnya di halaman 59. Hal ini mengungkapkan keistimewaan malam sebagai waktu yang dipilih Allah untuk perjalanan spiritual luar biasa Nabi Muhammad SAW.
Malam dipandang sebagai momen terbaik untuk melakukan khalwah atau menyendiri demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut Ibnu Munir, malam adalah waktu yang sangat ideal untuk berdiam diri, menjauh dari keramaian, dan fokus pada ibadah. Selain itu, malam dianggap waktu yang tepat untuk mengkhususkan berbagai amalan.
Isra Mi’raj dilaksanakan pada malam hari karena malam adalah waktu umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan sholat malam. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
قُمِ الَّيۡلَ اِلَّا قَلِيۡلًا
Qumil laila illaa qaliilaa
“Bangunlah (untuk sholat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil,”(QS. Al-Muzammil: 2)
Alasan lain adalah sebagai ujian keimanan bagi umat Muslim. Isra Mi’raj menjadi bentuk ujian untuk percaya kepada hal-hal ghaib yang sulit diterima oleh akal, sekaligus menjadi pembeda antara orang beriman dan orang kafir.
Malam memiliki keutamaan karena banyak peristiwa besar terjadi di waktu ini, terutama dalam kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini sekaligus menolak pandangan para filsuf yang menganggap malam adalah waktu yang penuh kekurangan, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Dihyah.