Dalam tradisi Islam, malam memiliki kedudukan istimewa. Banyak peristiwa penting dalam kehidupan para nabi yang terjadi pada waktu malam, seperti turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW dan peristiwa Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
Ibnu Dihyah menegaskan, malam bukanlah waktu yang hina, sebagaimana yang diyakini sebagian filsuf. Justru, malam menyimpan kemuliaan dan keberkahan, sehingga pemilihan waktu ini untuk Isra Miraj mengukuhkan nilai-nilai tersebut.
Malam hari sering kali menjadi waktu untuk berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai. Dalam konteks peristiwa Isra Miraj, malam dipilih untuk menunjukkan keintiman antara Allah SWT dan Rasulullah SAW. Allah SWT ingin memberikan pengalaman spiritual yang penuh kasih sayang kepada Rasul-Nya, dan malam adalah waktu yang paling tepat untuk menciptakan suasana ini.
Salah satu malam yang paling istimewa dalam Islam adalah Lailatul Qadar, yang disebutkan dalam Alquran sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Tidak ada waktu lain yang dijanjikan Allah SWT dengan keistimewaan seperti ini selain malam hari. Dengan demikian, pemilihan malam untuk peristiwa Isra Miraj menunjukkan malam memiliki nilai yang sangat tinggi dalam Islam, menjadi waktu yang istimewa untuk peristiwa luar biasa.
Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW juga terjadi pada malam hari. Hal ini menguatkan bahwa malam adalah waktu yang penuh keberkahan dan keistimewaan dalam perjalanan hidup seorang nabi. Dalam konteks Isra Miraj, pemilihan malam menegaskan kesinambungan antara momen-momen penting dalam risalah kenabian.