Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tafsir Surat Al Hujurat Ayat 13

Dimas Bihar Ulum , Jurnalis-Sabtu, 01 Februari 2025 |18:16 WIB
Tafsir Surat Al Hujurat Ayat 13
Tafsir Surat Al Hujurat Ayat 13 (Ilustrasi/Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, prinsip kesetaraan dan persaudaraan sangat dijunjung tinggi. Ayat ini memberikan pelajaran penting bahwa manusia, tanpa memandang ras, suku, atau status sosial, memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah. 

Perbedaan yang ada di antara manusia bukanlah untuk menjadi alasan kesombongan atau diskriminasi, melainkan sebagai sarana untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. 

1. Tafsir Surat Al-Hujurat ayat 13

Dilansir dari laman NU Online dan Tafsir Alquran, Sabtu (1/2/2025), dalam Surah Al-Hujurat ayat 13 menegaskan prinsip kesetaraan dan persaudaraan di antara umat manusia. Ayat ini berbunyi:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Ayat ini menegaskan, seluruh manusia berasal dari asal yang sama, yaitu dari seorang laki-laki dan perempuan, yakni Adam dan Hawa. Perbedaan suku, bangsa, dan ras bukanlah alasan untuk merasa lebih unggul atau merendahkan orang lain. 
Tujuan dari keberagaman ini adalah agar manusia saling mengenal, memahami, dan bekerja sama dalam kebaikan. Kemuliaan seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan oleh keturunan, kekayaan, atau status sosial, melainkan oleh tingkat ketakwaannya. 

Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." Hal ini menunjukkan bahwa nilai sejati manusia terletak pada kualitas spiritual dan moralnya.

Dalam konteks sejarah, ayat ini diturunkan untuk mengingatkan umat Islam agar tidak membanggakan nasab atau keturunan mereka. az-Zuhaili (13/478) menukil riwayat dari Ibnu Abi Hatim bahwa pada saat penaklukan kota Makkah, Bilal bin Rabah, seorang mantan budak berkulit hitam, diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mengumandangkan adzan di atas Ka'bah. 
Tindakan ini menimbulkan reaksi dari beberapa tokoh Quraisy yang merasa lebih mulia karena keturunan mereka.

2. Manusia Punya Asal-Usul Sama 

Rasulullah SAW kemudian menegur mereka dan menegaskan bahwa kemuliaan hanya ditentukan oleh ketakwaan kepada Allah.
Al-Farran menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan bahwa seluruh manusia memiliki asal-usul yang sama, yakni dari satu nenek moyang, yaitu Nabi Adam dan Sayyidah Hawa. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi seseorang untuk merasa lebih unggul hanya karena garis keturunannya.

 

Islam menetapkan bahwa kemuliaan seseorang tidak didasarkan pada nasab, melainkan pada tingkat ketakwaannya kepada Allah.  Dengan demikian, kebanggaan atas keturunan atau asal-usul tidak memiliki tempat dalam ajaran Islam. (Tafsir al-Imam as-Syafi’i 3/1281)  

Sementara itu, dalam Tafsir Marah Labid (2/440) disebutkan bahwa perbedaan suku dan bangsa bukanlah untuk menciptakan kesenjangan atau stratifikasi sosial di antara manusia. Semua individu memiliki derajat yang sama di hadapan Allah, dan yang membedakan mereka hanyalah ketakwaan. 

At-Thabari (21/286) juga menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak diukur dari kemewahan hidup atau kehormatan keluarganya, melainkan dari tingkat ketakwaannya yang akan menentukan kedudukannya di akhirat.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim) 

Hadist ini menegaskan bahwa penilaian Allah didasarkan pada keadaan hati dan perbuatan seseorang, bukan pada penampilan fisik atau kekayaan materi. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran dari Surah Al-Hujurat ayat 13, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan penuh dengan rasa saling menghormati. Kesadaran akan kesetaraan dan pentingnya ketakwaan akan mendorong terciptanya hubungan yang lebih baik antarindividu, serta menghilangkan prasangka dan diskriminasi yang sering menjadi sumber konflik. Wallahualam

(Erha Aprili Ramadhoni)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement