Kedua, mendapatkan rezeki yang kafâf
Kafâf adalah kecukupan, yaitu diberi rezeki yang halal dan jumlahnya sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, tanpa kekurangan dan tanpa kelebihan. Dengan rezeki tersebut ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer dan sekundernya, sehingga tidak termasuk golongan miskin yang kekurangan, pun tidak termasuk golongan orang kaya yang hidup mewah.
Ketiga, hatinya memiliki sifat qanâ’ah
Qanâ’ah adalah rela dan puas dengan apa pun nikmat yang Allah karuniakan kepadanya. Ia tidak mencari-cari tambahan harta, karena ia menyadari sepenuhnya rezekinya yang telah ditetapkan Allah dan ia tidak akan memperoleh selain apa yang telah ditakdirkan untuknya. Dengan keyakinan itu, ia tidak pernah mencari harta yang haram, makruh, ataupun syubhat. (Muhammad bin Ali Al-Ithiobi Al-Wallawi, Al-Bahru Al-Muhîth Ats-Tsajjâj fî Syarh Shahîh Al-Imâm Muslim ibni Al-Hajjâj, Juz XX hal. 98)
Jamaah sholat tarawih yang dirahmati Allah…
Orang yang memiliki tiga nikmat tersebut adalah orang yang beruntung. Sebab, ia dapat mensyukuri rezeki apa pun yang Allah karuniakan kepadanya, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Ia akan rela dan puas dengan rezeki dari Allah tersebut.
Ia tidak akan iri dan dengki kepada orang lain yang mendapatkan rezeki lebih banyak dari dirinya. Ia tidak akan dendam, putus asa, atau stres saat melihat orang lain memiliki harta kekayaan yang lebih banyak dan lebih melimpah.
Hatinya merasa nyaman dan tenteram, karena ia memiliki iman dan qana’ah. Jiwanya tidak merasakan kegelisahan, kegalauan, maupun stress. Sebab, ia tidak rakus kepada harta kekayaan.
Hati yang puas dengan rezeki yang Allah karuniakan, akan membuatnya senantiasa mensyukuri nikmat Allah Ta’ala. Di dunia ia hidup dengan hati yang nyaman, tenteram, dan damai. Di akhirat ia akan memperoleh ridha Allah dan surga-Nya. Demikian ceramah singkat kali ini semoga membawa manfaat.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
(Fetra Hariandja)