JEDDAH – Sejak awal Mei 2025, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang bertugas di Bandara, berjibaku melayani jamaah haji Indonesia. Berawal dari Bandara Mohammed Bin Abdulaziz, Madinah pada 1-17 Mei 2025, PPIH Daerah Kerja (Daker) Bandara bergeser ke Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi per Sabtu, 17 Mei 2025.
Dalam bertugas, PPIH Daker Bandara dihadapkan dengan situasi di mana harus berkomunikasi dengan petugas Al Wukalla -perusahaan layanan logistik bandara yang khusus melayani jamaah haji- maupun syarikah -layanan haji Arab Saudi. Mayoritas dari petugas Al Wukalla tidak bisa berbahasa Inggris, alias hanya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Arab Saudi.
Kondisi inilah yang membuat PPIH Daker Bandara mempekerjakan sejumlah mukimin, yakni warga negara Indonesia (WNI) yang sudah lama menetap di Arab Saudi. Fungsi mukimin di sini untuk menjembatani atau memperlancar proses pergerakan jamaah dari bandara ke Makkah.
Salah satu mukimin yang bertugas di PPIH Daker Bandara adalah Muhammad Yusuf Bahar Muksin. Ia merupakan satu dari enam petugas penghubung yang ditempatkan di sektor 3 Daker Bandara PPIH Arab Saudi.
Bagi yang belum kenal dekat dengan Yusuf, banyak yang mengira dirinya sebagai warga negara Arab Saudi. Namun, setelah ditelisik, Yusuf merupakan warga Indonesia yang memiliki darah Surabaya dan Jakarta di tubuhnya.
"Ibu saya dari Jakarta, dari Petamburan, ayah saya dari Surabaya, (saya) asli Indonesia. Setiap tahun harus pulang ke Indonesia," kata Yusuf yang kini berusia 35 tahun.
Peran Yusuf sangat krusial. Ia bertugas menerjemahkan keinginan petugas haji Indonesia kepada pihak Arab Saudi.
"Karena kami itu ada banyak di sini, ada dari Kementerian Haji (Arab Saudi), ada dari syarikah, ada juga dari Wukalla yaitu yang membantu memproses keluarnya jamaah dari kedatangan sampai bus," kata Yusuf.
Salah satu aksi Yusuf tersaji saat jamaah haji tertua Indonesia, nenek Sumbuk, tiba di Arab Saudi pada Minggu, 18 Mei 2025. Ia berperan melakukan negosiasi dengan pihak syarikah agar menyediakan bus khusus untuk jamaah haji lanjut usia (lansia).
Benar saja, pihak syarikah akhirnya menyediakan bus khusus lansia di Bandara Jeddah, kendaraan yang belum terlihat di Bandara Madinah. Bus khusus ini membantu proses nenek Sumbuk naik ke bus tanpa harus digendong. Nenek Sumbuk hanya perlu duduk di kursi roda, kemudian ada hidrolik mini yang mengangkat kursi roda ke dalam bus.
“Tantangan tidak ada, selama ini berjalan lancar,” kata Yusuf yang dikenal ekspresif saat membantu jamaah maupun bernegosiasi dengan pihak syarikah ini.
Penghubung yang lain, Rizka Akmaludin Yunus, mengatakan orang-orang Arab Saudi yang bertugas di Al Wukalla maupun syarikah tak segan belajar bahasa Indonesia. Kata-kata yang digunakannya lebih kepada interaksi agar jamaah haji Indonesia mengerti apa yang disampaikan mereka.
"Mereka bahkan berbicara dalam Bahasa Indonesia, contohnya 'ayo bapak ibu, satu baris, satu baris'. Jadi lumayan membantu juga, dan pastinya mendengar dari kami juga," kata Rizka yang lahir dan besar di Arab Saudi ini
Tugas Rizka maupun Yusuf belum akan berakhir. Kelar puncak haji 2025, ia akan mengawal kepulangan jamaah haji Indonesia yang berakhir pada 11 Juli 2025.
"Kami senang bisa membantu, semoga juga sampai ke depannya nanti semakin lancar," tutup Rizka.
(Ramdani Bur)