Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Diberi Amanah Menjaga Semesta, Manusia Diingatkan untuk Tidak Sombong dan Selalu Muhasabah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 23 November 2025 |12:52 WIB
Diberi Amanah Menjaga Semesta, Manusia Diingatkan untuk Tidak Sombong dan Selalu Muhasabah
Ilustrasi. (Foto; Unsplash)
A
A
A

JAKARTA – Manusia memiliki amanah besar yang begitu sulit dijaga karena tanggung jawab yang sangat berat. Dikatakan bahwa begitu beratnya amanah tersebut, sehingga ciptaan Allah SWT menolak mengembannya, hingga akhirnya manusia memikulnya.

Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Ustaz Yusuf Hanafiah, menguraikan amanah tersebut yang disampaikan dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 72, dalam khutbahnya di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jumat (21/11/2025).

Membacakan firman Allah “Inna arodnal amānah ‘alā as-samāwāti wal-ardhi wal-jibāl…”, Yusuf menjelaskan bahwa amanah yang ditawarkan Allah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung ditolak karena mereka menyadari beratnya tanggung jawab tersebut.

“Maka dipikullah amanah tersebut oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu teramat zalim dan bodoh,” ujarnya mengutip lanjutan ayat tersebut, sebagaimana dilansir dari laman resmi Muhammadiyah.

Menurutnya, ayat ini memuat dua jenis amanah penting: amanah syariah—menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya—serta amanah memakmurkan dan menjaga semesta. Kedua amanah itu pada mulanya ditawarkan kepada makhluk lain sebelum akhirnya diserahkan kepada manusia.

 

“Ini menunjukkan bahwa manusia bukan prioritas utama penerima amanah tersebut. Karena itu tidak pantas manusia bersikap sombong,” tegasnya.

Ia mengingatkan bahwa meskipun manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik sebagaimana ditegaskan pada Surah At-Tin, Allah tetap menilai manusia sebagai makhluk yang zalūm dan jahūl.

Yusuf menjelaskan bahwa kedua istilah itu merupakan bentuk mubalaghah atau penekanan dalam bahasa Arab: zalūm berarti kezhaliman tingkat tertinggi dan jahūl menunjukkan kebodohan pada level paling parah.

Amanah Syariah dan Amanah Semesta

Yusuf menekankan pentingnya muhasabah dalam menjalankan dua amanah tersebut. Pada aspek syariah, ia mengajak jamaah mengevaluasi konsistensi ibadah, terutama shalat lima waktu.

“Kalau amanah itu tidak kita tunaikan atau kita tunaikan setengah-setengah, maka kita bagian dari orang yang berkhianat,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pengkhianatan kepada sesama manusia masih mungkin dimaklumi, tetapi pengkhianatan kepada Allah tidak akan mendapatkan ampunan.

Pada amanah menjaga semesta, Yusuf menyoroti kerusakan lingkungan yang ironisnya justru dilakukan oleh manusia, bukan oleh makhluk lain seperti hewan herbivora.

 

“Tidak ada ceritanya kambing menyebabkan hutan gundul,” ucapnya. “Tapi manusia yang intensitas makan tumbuhan tidak sebanyak hewan herbivora justru menjadi penyebab utama kerusakan alam.”

Mengutip Surah Al-A‘raf ayat 179, Yusuf menjelaskan bahwa akar segala kerusakan adalah kelalaian manusia—lalai menggunakan hati, akal, penglihatan, dan pendengaran untuk mengenali tanda-tanda kekuasaan Allah.

“Ketika manusia lalai maka seluruh potensi yang Allah berikan akan disalahgunakan, atau lebih tepatnya terjadi malfungsi potensi diri,” katanya.

Kelalaian itu pula yang membuat manusia jatuh pada sifat zalūm dan jahūl sebagaimana disebutkan dalam Al-Ahzab ayat 72.

Menutup khutbahnya, Yusuf menegaskan dua kunci utama agar manusia tidak terjerumus dalam sifat-sifat tersebut:

  • Tidak sombong, karena manusia bukan makhluk prioritas penerima amanah sejak awal.
  • Selalu bermuhasabah, mengevaluasi sejauh mana amanah syariah dan amanah menjaga semesta telah dilaksanakan.

“Mari kita refleksikan setiap hari agar semakin mampu menjadi hamba-hamba yang bisa mengemban amanah, bukan hamba yang berkhianat kepada Allah,” tutupnya.

(Rahman Asmardika)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement