Berikutnya, bencana alam keempat yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah hujan batu. Peristiwa ini terjadi pada kaum Nabi Luth As. Sebagaimana pada surat Al-A’raf ayat 84:
وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ
Artinya: “Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Perhatikanlah, bagaimana kesudahan para pendurhaka.”
Fenomena hujan yang terjadi pada kaum Nabi Luth ini, secara nyata bagaikan hujan air yang dapat kita saksikan sekarang. Tidak jauh berbeda. Hanya saja, pada waktu tersebut yang dijatuhkan oleh Allah Swt adalah batu, yang dijelaskan sebagai sesuatu yang amat keras. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Fakhruddin Ar-Razi:
والمرد أنه تعالى أمطر عليهم حجارة من السماء بدليل أنه تعالى قال في آية أخرى: وأمطرنا عليهم حجارة من سجيل
Artinya: “Yang dimaksud adalah bahwa Allah Ta‘ala menurunkan hujan batu kepada mereka dari langit, berdasarkan dalil bahwa Allah Ta‘ala berfirman pada ayat lain: ‘Dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras (sijjil).” (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut: Darul Ihya at-Turats, 1420H], jilid 14, hal. 312)
Sementara itu, bencana alam kelima yang disebutkan dalam Al-Qur’an ialah Paceklik. Yakni, fenomena kekeringan dalam masa yang amat panjang, sehingga mengakibatkan ketersediaan hasil bumi menjadi kurang bahkan tidak ada.
وَلَقَدْ اَخَذْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِيْنَ وَنَقْصٍ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ
Artinya: “Sungguh, Kami telah menghukum Fir‘aun dan kaumnya dengan (mendatangkan) kemarau panjang dan kekurangan buah-buahan agar mereka mengambil pelajaran.”
Bencana paceklik yang terjadi pada Fir’aun dan pengikutnya ini, tidak terjadi selama berbulan-bulan atau setahun saja. Namun hal ini terjadi bertahun-tahun. Keadaan tersebut dijelaskan oleh Al-Baghawi secara lengkap:
قوله تعالى: ولقد أخذنا آل فرْعوْن بالسنين، أي: بالجدب والْقحط. تقول الْعرب: مستهم السنة، أيْ: جدب السنة وشدة السنة. وقيل: أراد بالسنين الْقحط سنة بعد سنة، ونقص من الثمرات [بإتلاف] [5] الغلات بالآفات والعاهات. قال قتادة: أما السنين فلأهل الْبوادي، وأما نقص الثمرات فلأهل الْأمصار، لعلهم يذكرون، أي: يتعظون، وذلك لأن الشدّة ترفق الْقلوبَ وَترغّبها فيما عنْد الله عز وجل.
Artinya: “Firman Allah Ta‘ala: ‘Dan sungguh, Kami telah menimpakan kepada keluarga Fir‘aun dengan beberapa tahun (yang penuh kesengsaraan (Maksudnya adalah: musim kering dan paceklik. Orang-orang Arab berkata: “Masathumus sanah” yang berarti mereka ditimpa tahun yang bermalapetaka, yakni tahun yang kering dan penuh kesulitan.