Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘as-sinin’ adalah paceklik yang terjadi dari tahun ke tahun. Dan (juga) berkurangnya buah-buahan melalui rusaknya hasil panen karena berbagai penyakit dan hama. Qatadah berkata: ‘Adapun ‘as-sinin’ (tahun-tahun paceklik) diperuntukkan bagi penduduk padang pasir, sedangkan berkurangnya buah-buahan menimpa penduduk kota-kota.’
Hal itu agar mereka mengambil pelajaran, yakni mendapatkan peringatan dan mau sadar. Sebab, kesulitan dapat melembutkan hati dan membuatnya lebih berharap kepada apa yang ada di sisi Allah. (Al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fii Tafsiril Qur’an, [Beirut: Darul Ihya’ at-Turats, 1420H] jilid 2, halaman 222)
Kemudian yang terakhir, bencana alam yang keenam yang disebutkan dalam Al-Qur’an ialah kabut asap. Petaka ini terjadi karena benda langit menghantam bumi, sehingga dengannya muncul asap panas yang menutupi atmosfer bumi dalam waktu lama. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ad-Dukhan ayat 10:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِى السَّمَاۤءُ بِدُخَانٍ مُّبِيْنٍ
Artinya: “Maka, nantikanlah hari (ketika) langit mendatangkan kabut asap yang tampak jelas.”
Kabut asap ini adalah bencana alam yang terjadi menimpa kaum Quraisy di zaman dahulu. Efek yang ditimbulkannya pun sama seperti kekeringan parah dan paceklik. Karenanya banyak orang mengalami kelaparan, pada waktu tersebut.