Dijelaskan, sebelum petugas medis mulai melakukan penghapusan, peserta harus berwudu terlebih dahulu sebagai syarat. Selain itu, selama proses penembakan laser berlangsung, peserta juga harus membaca istighfar hingga rampung. Hal tersebut untuk mempertebal niat dan keinginan yang bersangkutan membersihkan diri.
Menurut Naf'an, yang menjadi motivasi peluncuran program penghapusan tato adalah mengamalkan serta mengimplementasikan hukum bersuci atau taharah. "Rata-rata peserta yang mendaftarkan diri adalah mereka yang ingin berhijrah. Karena, selain niat, untuk penghapusan tato dengan menggunakan peralatan canggih sejenis laser memerlukan biaya yang sangat besar," bebernya.
Susatyo (25) warga Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang mengaku ingin berhijrah dan membersihkan diri, salah satunya dengan membersihkan tato yang ada di kakinya. "Ya ingin hijrah dan membersihkan diri, Alhamdulillah tidak sakit kok hanya sedikit panas. Bismillah saja," ungkapnya.
Ia mengaku menggambar tato sejak tahun 2016 pada waktu masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi. Dengan adanya program tersebut ia mengaku sangat terbantu karena tidak dipungut biaya, alias nol rupiah.
Seperti dilansir Muslim Moderat, meski pihak klinik tidak memungut biaya, dua tenaga media tetap mendapatkan hak-haknya dalam bekerja. LAZISNU mengandalkan para donatur yang bersedia membantu saudara seagama untuk memantabkan niat dalam berhijrah.
(Dyah Ratna Meta Novia)