Melongok Kehidupan Muslim Tepi Sungai, Berjuang Cari Sumbangan Demi Musala

Novie Fauziah, Jurnalis
Senin 02 Desember 2019 19:09 WIB
Masyarakat tepi sungai (Foto: Kemenag)
Share :

Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk, mereka ada yang hidup di kota-kota. Namun ada juga masyarakat muslim yang hidup di tepi sungai.

Kali ini kita akan berkisah mengenai masyarakat muslim yang hidup di tepi sungai. Tepatnya Sungai Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Bagi urang banua banjar, sungai memiliki arti mendalam. Di sanalah urat nadi masyarakat Banjar bermula. Tak heran jika kemudian pasar terapung menjadi ikon yang tak terlepaskan dari Banjarmasin.

Sejarah dimulainya Pasar Terapung Lok Baintan tak lepas dari keberadaan Kesultanan Banjar. Perkembangan Islam yang cukup pesat pada masa Kesultanan juga turut mewarnai kehidupan masyarakat Lok Baintan.

Beberapa kisah menyebutkan, kebiasaan akad dalam transaksi ekonomi masyarakat yang hidup dari sungai seperti Pasar Terapung Lok Baintan menjadi adat kebiasaan yang dicetuskan oleh Syekh Muhammad Al-Arsyad Banjari dalam Kitab Sabilal Muhtadin.

Warna Islam pun begitu terasa bila kita bertandang ke perkampungan yang berada di sekitar sungai Lok Baintan ini.

“Masyarakat tepi sungai di sini 100 persen beragama Islam. Musala-musala di sini pun aktif dan rutin mengadakan pengajian mingguan,” ujar salah seorang penduduk tepi Sungai Lok Baintan, Nafiah.

Menurut Nafiah yang merupakan pria paruh baya ini, kehidupan keagamaan di Lok Baintan banyak dilakukan oleh masyarakat setempat. Untuk biaya keberlangsungan musala diperoleh dari dana yang dikumpulkan dari masyarakat. “Orang yang azan di sini (muadzin) digaji Rp50 ribu per bulan.”

Seiring waktu, kebutuhan untuk penyediaan sarana ibadah pun bertambah. “Beberapa kali bantuan daerah dan dana desa juga diterima untuk pembangunan musalla dan madrasah. Namun, kebutuhan fasilitas masyarakat desa sekitar sungai terus bertambah sehingga perlahan beberapa musala perlu dibangun atau direnovasi,” terang Nafsiah.

 

Kebutuhan musala dan madrasah, lanjut dia, sangat tinggi. "Jadi kami bergotong-royong, termasuk mengumpulkan dana melalui pasar apung ini.”

Nafiah juga ikut membantu mencari dana bagi perbaikan musala. Kapalnya bertuliskan, "Mohon sumbangan untuk pembangunan pelabuhan dan pagar musala Bahrunnur."

Pasar terapung Sungai Lok Baintan hanya buka mulai pukul 06.00 - 08.00 WITA ini dimanfaatkan Nafiah untuk mengumpulkan dana pembangunan musala sebesar Rp75 juta. “Masih perlu banyak, tapi Alhamdulillah usaha dengan meminta sumbangan di pasar apung ini amat membantu sekali, sekitar 500 ribu dapat dalam sehari” jelasnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya