SELURUH negara menjadikan setiap 9 Desember seperti hari ini, Senin (9/12/2019) sebagai momen untuk memperingati Hari Antikorupsi Sedunia. Hal tersebut sebagai kampanye mengentaskan pencurian terhadap kekayaan negara alias korupsi.
Korupsi sebagai pencurian tentu dilarang dalam semua agama, termasuk dalam Islam. Lalu bagaimana pandangan Islam soal korupsi ini?
Pengasuh Pondok Pesantren Mamba'ul Khoiriyatil Islamiyah (MHI), Bangsalsari, Kabupaten Jember Jawa Timur, Gus Mirhabun Nadir mengatakan bahwa dalam ilmu tasawuf, kejujuran dalam masalah harta atau korupsi berada di strata terendah.
“Kejujuran dalam masalah harta, kalau dalam ilmu tasawuf, itu termasuk strata yang paling rendah. Seakan-akan orang yang tidak korupsi di Indonesia itu sudah hebat, padahal dia termasuk yang paling rendah,” ujarnya.
Ilustrasi. Foto: Istimewa
Gus Mirhabun menuturkan, di dalam kitab Jami’ul Ushul fil Aulia karya Syekh Ahmad Annaqsabandi, terdapat maqola yang menyebut prilaku manusia terkait dengan kejujuran ada empat hal. Pertama, jujur dalam soal harta tapi tidak jujur dalam soal kelamin. Betul tidak korupsi, tapi masih gemar bermain perempuan.
“Ini tidak bagus, karena siapapun yang menuruti hawa nafsu akhirnya bisa terdorong untuk melakukan korupsi,” ucapnya.
Kedua, jujur dalam masalah harta dan alat kelamin, tapi akhlaknya jelek. Misalnya, berbicara seenaknya, dan tidak bisa menjaga perasaan orang lain.
Ketiga, jujur dalam menjaga harta, kelamin, dan akhlaknya baik, tapi tapi hatinya jelek. Orang seperti ini penampilannya boleh jadi bagus, tapi hatinya kerap memelihara dendam, dan memproduksi dengki, dan sebagainya. “Dia ngomognya bisa jadi sopan, tingkah terpuji tapi hatinya menyimpan bara dengki,” kata Gus Mirhabun.
Kempat, jujur dalam menjaga harta, alat kelamin, akhlaknya baik, dan hatinya baik tapi agamanya jelek alias bodoh. Namun dari semua itu, lanjut Gus Nadir, menurut kaca mata Syekh Ahmad Annaqsabandi bahwa yang paling tinggi stratanya adalah orang yang memiliki ilmu agama, dan merasa tenteram atas apa yang diberikan Allah kepdanya.
“Sekarang pertayaannya adalah apakah kalau orang sudah mempunyai ilmu agama, dan merasa nyaman dan rela terhadap pemberian Allah, apakah masih mau korupsi, tidak,” pungkasnya. Demikian dikutip dari laman Nahdatul Ulama (NU Online).
Redaksi Okezone menerima foto atau tulisan pembaca berupa artikel tausyiah, kajian Islam, kisah Islam, cerita hijrah, kisah mualaf, event Islam, pengalaman pribadi seputar Islam, dan lain-lain yang berkaitan dengan Muslim. Dengan catatan foto atau artikel tersebut tidak pernah dimuat media lain. Jika berminat, kirim ke redaksi.okezone@mncgroup.com, cc okezone.lifestyle2017@gmail.com.
(Dyah Ratna Meta Novia)