“Wahai Rasulullah, di hadapan Allah, para malaikat-Nya, dan seluruh kaum Muslimin yang hadir, aku bersaksi bahwa aku meridhai anakku Alqamah,” ikrar sang ibunda.
Kali ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali memerintah Bilal, “Hai Bilal, pergi dan lihatlah Alqamah. Apakah dia sudah bisa mengucap Lailahaillallah atau belum? Siapa tahu ibunda Alqamah mengucap sesuatu yang tidak sesuai dengan isi hatinya karena malu kepadaku.”
Tak berpikir panjang, Bilal pun menuju rumah Alqamah. Dari luar rumah, dirinya mendengar Alqamah mengucap Lailahaillallah. Setelah itu, Bilal masuk ke dalam rumah dan menyampaikan, “Wahai semua yang hadir, sesungguhnya murka sang ibunda-lah yang membuat lisan Alqamah terhalang mengucap syahadat. Setelah ibunya ridha, barulah lisan Alqamah ringan mengucapnya.”
Pada hari itu juga Alqamah mengembuskan napas terakhir. Tersiar kabar kematiannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun hadir berta‘ziyah. Nabi memerintahkan agar jenazahnya segera dimandikan dan dikafani. Usai dikafani, bersama para sahabat, ia mensalati jenazahnya.