UJIAN yang datang dari Allah SWT bisa bermacam-macam, contohnya adalah diberikan penyakit, diambil harta kekayaan, serta diambil pula anggota keluarga. Dalam posisi seperti ini setiap Muslim bisa belajar sabar dari Nabi Ayub.
Nabi Ayub merupakan pribadi yang sangat sabar sekaligus taat kepada Allah SWT. Ia mengalami ujian selama belasan tahun.
Mulanya Nabi Ayub ‘alaihissalam seorang yang sehat walafiat tak kurang suatu apa pun. Namun kemudian Allah menurunkan ujian penyakit kepadanya. Ia juga seorang yang kaya raya. Kemudian Allah mengujinya dengan kefakiran. Ia memiliki keluarga dan banyak keturunan. Kemudian Allah mengambil semuanya kecuali istri dan dua orang saudaranya.
Meski melewati sederet ujian panjang, ia tetap bersabar, tetap tegar, tak pernah mengeluh, tak pernah resah dan gelisah, apalagi gundah dan marah, hingga Allah kembali memberikan jalan kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, mengembalikan semua harta dan anak-anaknya, dan mengeluarkannya dari berbagai kemelut serta keterpurukan.
Berapa lamakah Nabi Ayub ‘alaihissalam bersabar menghadapi ujian? Salah satu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik, sebagaimana disebutkan Abu Ya‘la dan Abu Nu‘aim, mengisahkan:
إِنَّ نَبِيَّ اللهِ أَيُّوبَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبِثَ فِي بَلائِهِ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إلاَّ رَجُلَيْنِ مِنْ إِخْوَانِهِ كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ
Artinya, “Sesungguhnya Nabiyullah Ayub ‘alaihissalam berada dalam ujiannya selama 18 tahun. Baik keluarga dekat maupun keluarga jauh menolaknya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya. Kedua saudara itulah yang selalu memberinya makan dan menemuinya.”
Allah berkehendak menurunkan ujian kepada hamba-Nya. Dia mendatangkan ujian penyakit dan menarik karunia harta dan keturunan yang telah diberikan pada Ayub ‘alaihissalam. Lenyaplah berbagai kenikmatan yang semula diterimanya. Menjauhlah semua keluarganya, baik yang jauh maupun yang dekat. Yang tersisa hanya istri dan dua orang saudara terdekatnya. Merekalah yang selalu menemui dan mengirimi makanan.
Bila hendak buang hajat, Nabi Ayub selalu dituntun sang istri karena badannya yang terlalu lemah. Setelahnya, sang istri kembali menuntun dan menempatkannya ke tempat semula.
Pernah suatu ketika, istri Ayub ‘alaihissalam terlambat pulang dan membuat sang suami marah. Sebagian riwayat menyebutkan, ada perbuatan lain dari istrinya yang membuat Ayub kesal dan tak berkenan. Akhirnya, Nabi Ayub bernazar. Nazarnya adalah, jika sudah sembuh, dirinya akan mencambuk sang istri sebanyak seratus kali. Namun begitu sembuh, Nabi ‘alaihissalam tak kuasa memukul sang istri yang telah setia dan bersabar merawat serta mengurus dirinya.