Orang yang rajin bekerja, sekecil apapun penghasilan yang diperolehnya, meskipun pekerjaannya dipandang hina di hadapan manusia, itu jauh lebih mulia dibandingkan dengan peminta-peminta yang menggadaikan harga dirinya demi pundi-pundi rupiah.
Rasulullah bersabda,
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلًا فَيَأْتِيَ الْجَبَلَ فَيَجِيءُ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَسْتَغْنِيَ بِهَا، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ (رواه البخاري)
Dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari kakeknya berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik mereka memberinya atau tidak.” (H.R. al-Bukhari)
Makanan terbaik yang dimakan oleh seorang hamba dan diberikan kepada keluarganya adalah yang diperoleh dengan cucuran keringatnya sendiri. Dia akan mendapat keberkahan dari kerja kerasnya itu.
Para nabi utusan Allah, tak serta merta mendapatkan makanan dari langit setiap harinya tanpa perlu berusaha mencari penghidupan. Di samping tugasnya menyampaikan risalah kepada umatnya, para nabi juga bekerja sesuai dengan keahliannya.
Seperti dilansir dari Suara Muhammadiyah, kita bisa belajar dari Nabi Daud yang dikenal sebagai seorang raja Bani Israil. Sebagai raja, tentu beliau memiliki pelayan yang siap melayani apapun kebutuhan nya. Kondisi nyaman itu, tak lantas membuat beliau hanya duduk santai di atas singgasana, sambil memberi perintah kepada para pengawalnya.
Tapi beliau tetap bekerja dengan keahlian yang Allah berikan, yaitu kemampuan untuk melembutkan besi dengan tangan kosong tanpa perlu ditempa, sebagaimana pandai besi pada umumnya. Rasulullah bersabda,
عَنِ المِقْدَامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخاري)
Dari Miqdam ra, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidaklah seorang hamba memakan makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri, dan sungguh Nabi Daud ‘Alaihissalam makan dari hasil usahanya sendiri.” (H.R. al-Bukhari)
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ
(Dyah Ratna Meta Novia)