Sejatinya hewan-hewan itu hidup berkeompok seperti layaknya manusia. Hal ini bisa disaksikan dengan adanya singa-singa yang berkelompok.
Hewan-hewan hidup berkelompok juga bisa disaksikan dari gajah-gajah yang hidup berkelompok. Juga burung-burung yang melakukan migrasi secara berkelompok.
Allah SWT berfirman,
“Dan, tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat juga seperti kalian.” (Al-An'am: 38).
Ayat di atas menunjukkan bahwa hewan-hewan itu terdiri atas kelompok-kelompok dan setiap kelompok berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa khas mereka sendiri.
Sebelumnya, manusia mengira bahwa hewan hanyalah makhluk hidup yang hanya makan dan minum, tanpa akal pikiran dan aturan.
Kata dabbah pada ayat di atas mencakup semua makhluk hidup yang hidup di air seperti ikan, binatang yang berjalan merayap, serangga, dan burung. Perlu diketahui bahwa terdapat lebih dari 2 juta famili hewan.
Para ahli hewan telah melakukan penelitian mengenai perilaku hewan-hewan itu. Mereka menemukan adanya kelompok-kelompok hewan, salah satunya yang paling jelas kelihatan adalah kelompok hewan semut.
Semut berkomunikasi satu sama lain di antara mereka dengan cara menari dan berputar-putar. Misalnya, mereka berkomunikasi untuk menunjukkan lokasi bunga-bunga dan gula kepada kawanannya.
Setiap kelompok hewan memiliki rezeki dan tabiatnya masing-masing yang berbeda dari kelompok yang lain. Meskipun begitu, mereka bisa hidup berdampingan dengan baik dan tidak sewenang-wenang di antara mereka.
Setiap spesies hewan di antara kelompok-kelompok itu telah ditentukan rezeki dan masa hidupnya. Maka, seandainya usia lalat dijadikan beberapa tahun, bukan tujuh pekan, tentu lalat akan memenuhi habitat hidup semua kelompok hewan dan hilanglah kehidupan di muka bumi ini.