Kemudian Kiai Hasyim melafadzkan sebuah hadits, “Sungguh telah bersabda Rasulullah SAW kepada Sayidina Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash RA, Dan sesungguhnya bagi tamumu adalah hak atasmu. Rasulullah SAW juga bersabda, Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya.”
Setelah beberapa hari berlalu, kiai itu datang menemui Kiai Hasyim di Tebuireng. Ia pun berkata, “Benar kamu, wahai saudaraku. Kini aku sudah meninggalkan untuk mengasingkan diri dari manusia, aku berbuat sebagaimana umumnya manusia.”Kiai itu insaf dan bersosialisasi sedia kala hingga ajal menjemputnya. Semoga Allah merahmatinya.
Banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah nyata yang dialami Pendiri NU ini. Minimal kita senantiasa menjaga tali silaturahmi antar-sesama. Dengan demikian kita masih menganggap orang lain penting, dan tidak sombong dengan diri sendiri.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, silaturahmi bisa diartikan dengan banyak hal. Seperti menegur sapa teman dan keluarga melalui media sosial, merespons mereka, dan membalas pesan-pesan yang masuk, juga mengirim kartu ucapan atau apa saja jika memungkinkan.
Silaturahmi yang baik akan mendatangkan banyak kebaikan. Selamat Idul Fitri, semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita kepada hidayah-Nya dan kita semua dalam keadaan sehat nun suci lahir batin. Amin
Oleh: Fathurrochman Karyadi
Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, bergiat di Lingkar Filologi Ciputat (LFC), dan Anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa).
(Muhammad Saifullah )