USTADZ Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal Gus Miftah dikenal sebagai pendakwah yang nyentrik dalam berdakwah dan mengundang perhatian banyak orang. Gus miftah menyatakan dirinya tidak memiliki keberanian yang besar, namun mempunyai ilmu yang melebihi keberaniannya.
Gus Miftah juga menceritakan di pondok pesantrennya yang bernama Ora Aji dan Masjid Al Mejadi di Yogyakarta diisi kaum marjinal serta mantan wanita pekerja malam. Sebelum masuk pondok pesantren, mereka adalah orang yang tidak memerhatikan agama, namun setelah keluar dari ponpes menjadi orang yang berilmu cukup. Itulah makna dari pondok dan masjidnya.
Baca juga: Sales Promotion Akhirat ala Gus Miftah
Ia melanjutkan, makna nama Ora aji adalah 'orang yang tidak berkecukupan ilmu' dan Al Mejadi 'diharapkan setelah keluar dari pondoknya menjadi orang yang berkecukupan ilmu'.
"Saya melakukan dakwah di lokalisasi dengan tidak membicarakan tentang haram atau halal, zina, dan banyak kegiatan yang dilakukan di tempat itu merupakan hal yang haram," tutur Gus Miftah saat berbincang dengan Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Cholil Nafis, dikutip dari akun Youtube MUI, Kamis (16/7/2020).
Gus Miftah melanjutkan, tujuan dirinya berdakwah di kawasan lokalisasi hanya ingin memberitahukan jalan kebenaran. Ia menjembatani orang-orang di lokalisasi agar mampu membelokan kehidupannya ke jalan yang benar.
Baca juga: Ulama Berperan Penting Mempersatukan Bangsa Lewat Dakwah
Ia juga berharap walaupun mereka masih bulum bisa meninggalkan perbuatan maksiat, setidaknya jangan sekali-kali meninggalkan perintah yang diberikan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Salah satu contohnya Gus Miftah mendatangi sebuah lokalisasi yang diisi 900 wanita pekerja malam. Di saat pandemi virus corona (covid-19) yang belum juga menurun jumlahnya, mereka masih belum bisa beraktivitas untuk mencukupi kebutuhannya.